Petani Gula Aren Kekait Menjerit: Potensi Manis, Nasib Kian Pahit

Di balik manisnya rasa gula aren, tersimpan cerita Panjang dan perjuangan petani yang menjaga kualitas produksi.

Editor: Sirtupillaili
Zulva Salsabilla
GULA AREN - Muliawan (42), salah seorang pembuat sekaligus pemilik rumah produksi gula aren Desa Kekait, Lombok Barat saat diwawancarai, Kamis (18/9/2025). 

Namun belakangan, minat masyarakat terhadap gula aren menurun drastis. 

“Kalau dulu omzet minimal seminggu bisa Rp60–70 juta, bahkan pernah sampai Rp250 juta per bulan. Sekarang menjual 10–20 kilogram saja sudah syukur,” ujarnya.

Meski begitu, Muliawan menegaskan gula aren Kekait punya keunggulan tersendiri dibanding daerah lain. Produk ini bebas gluten dan relatif aman dikonsumsi penderita diabetes. 

Selain itu, daya tahannya bisa mencapai dua tahun berkat sifat alami gula sebagai pengawet.

Kendati kualitasnya diakui bagus, Muliawan mengaku tak banyak berharap lebih besar lagi dari usaha gula aren

Menurutnya, hasil sumber daya alam yang kian menurun membuat banyak petani justru beralih menjual nira secara langsung ketimbang memproduksi gula. 

Produk ini berupa minuman tuak manis yang banyak dijual di pinggir jalan. 

“Kalau bisa dijual mentah, kenapa harus diproses. Jadi inovasi tetap penting, tapi kenyataannya sekarang justru nira-nya yang lebih laris,” pungkasnya.

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved