Berita Mataram

Upaya Normalisasi Sungai di Kekalik Kota Mataram Terbentur 'Tembok Sosial'

Upaya normalisasi sungai di Kekalik menjadi terhambat ketika menyinggung penyempitan sungai akibat berdirinya bangunan di sempadan

TRIBUNLOMBOK.COM/ROBBY FIRMANSYAH
SEMPADAN SUNGAI - Pemukiman warga di bantaran sungai Kelurahan Kekalik, Kota Mataram. Upaya normalisasi sungai di Kekalik menjadi terhambat ketika menyinggung penyempitan sungai akibat berdirinya bangunan di sempadan. 
Ringkasan Berita:
  • Aliran air sungai meluber hingga pemukiman warga di Kekalik apabila debit meningkat
  • Saat ini sudah ada upaya melalui perbaikan infrastruktur

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK BARAT - Lingkungan Kekalik, Kecamatan Sekarbela Kota Mataram, kerap menjadi langganan banjir kala musim hujan tiba. 

Sebagai wilayah hilir, aliran air sungai meluber hingga pemukiman warga apabila debit meningkat.  

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kota Mataram Lale Widiahning mengungkapkan bahwa upaya penanganan kerap terbentur aspek sosial. 

Dia menjelaskan bahwa secara lisan dan tertulis, pihak Pemda telah berkoordinasi dengan Balai Wilayah Sungai (BWS). 

Namun, upaya menjadi terhambat ketika menyinggung penyempitan sungai akibat berdirinya bangunan di sempadan. 

Baca juga: Antisipasi Banjir, Pemkot Mataram Bangun Posko Darurat di Pesisir Pantai Mapak dan Bintaro

“Contoh penolakan, yaitu ketika kami berupaya membersihkan sumbatan dan drainase yang diakibatkan sampah dan pelataran di lingkungan warga. Tetapi apa yang terjadi? Kami ada penolakan, karena memang akses mereka wara-wiri itu menutup saluran. Itu dipakai menjadi jalan," ungkap Widiahning.

Dia melanjutkan, ketika saluran dibuka kembali maka akses jalan yang selama ini digunakan masyarakat menjadi tertutup.

"Jadi, aspek sosial yang lebih dominan di sini," tegasnya.

Meski demikian, dia menyebutkan saat ini sudah ada upaya melalui perbaikan infrastruktur.

Widiahning memberikan kabar baik mengenai rencana normalisasi sungai akibat banjir. 

Menurut informasi yang diperolehnya dari BWS bahwa pada tahun 2026, akan ada alokasi dana untuk pekerjaan bronjong dan lining di dua sungai utama. 

Yakni Kali Ancar akan mendapat alokasi sebesar Rp15 miliar sedangkan Kali Unus Rp10 miliar.

"Kami berharap, kali-kali yang memang belum kita bisa intervensi di tahun ini, mungkin itu bisa dilanjutkan oleh BWS nantinya," tutup Widiahning.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved