Haji NTB

Nabung dari Tahun 1990 untuk Pergi Haji, Air Mata Supiati Tak Terbendung Saat Pelepasan

Supiati akhirnya bisa mewujudkan impiannya untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci pada tahun 2025 ini, setelah menabung sejak tahun 1990.

Penulis: Rozi Anwar | Editor: Laelatunniam
TRIBUNLOMBOK.COM/ROZI ANWAR
JCH SUMBAWA - Supiati, Jamaah Calon Haji (JCH) asal Desa Ai Puntuk, Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa, NTB saat pelepasan di depan kantor Bupati Sumbawa pada Kamis (15/5/2025). Supiati mnceritakan akhirnya bisa mewujudkan impiannya untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci pada tahun 2025 ini, setelah menabung sejak tahun 1990. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Rozi Anwar

TRIBUNLOMBOK.COM, SUMBAWA – Supiati (55), warga Desa Ai Puntuk, Kecamatan Moyo Hilir, Kabupaten Sumbawa, NTB, akhirnya bisa mewujudkan impiannya untuk menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci pada tahun 2025 ini, setelah menabung sejak tahun 1990.

Saat pelepasan Jamaah Calon Haji (JCH) di depan Kantor Bupati Sumbawa, Kamis (15/5/2025), Supiati tak kuasa menahan air mata karena rasa syukurnya yang mendalam.

Ia mengungkapkan bahwa proses menabung dilakukan sedikit demi sedikit selama 35 tahun.

"Saya menabung selama 35 tahun, akhirnya berangkat haji pada 2025 ini. Saya sangat senang, namun juga terharu dengan perjuangan saya," ujar Supiati sambil menangis.

Sebagai seorang ibu rumah tangga, Supiati menjadikan menabung sebagai prioritas utama agar bisa berangkat haji.

"Tidak tentu jumlah yang saya tabung, seadanya saja rezeki yang kita dapatkan. Terkadang nilainya bisa Rp 100 ribu sampai Rp 1 juta," tuturnya.

Ia menambahkan, suaminya telah lebih dahulu berangkat haji pada tahun 2016. Selama ini, ia menabung dari hasil bertani bersama suami.

"Alhamdulillah, setiap ada hasil panen padi dan jagung kami tabung. Kami mencicil biaya haji sedikit demi sedikit," katanya.

Supiati, yang telah mendaftar haji sejak tahun 2012, mengakui bahwa proses menabung membutuhkan kesabaran dan ketekunan, apalagi dengan penghasilan sebagai petani yang tidak tetap.

"Penghasilan kami sebagai petani kan tergantung panen. Jadi baru bisa menyisihkan setelah kebutuhan sehari-hari terpenuhi. Alhamdulillah, sedikit demi sedikit akhirnya bisa berangkat tahun ini," ucapnya.

Untuk keberangkatannya ke Tanah Suci, Supiati juga membawa bekal makanan khas Sumbawa agar tetap bisa menikmati cita rasa kampung halaman selama di Mekah dan Madinah.

"Iya, saya juga bawa makanan, ada kerupuk, ikan kering, dan beras 4 kilogram. Saya mau buat sepat khas Sumbawa dan makan bersama nanti di Mekah dan Madinah," katanya sambil tersenyum.

Menurutnya, untuk menu masakan selama menjalankan ibadah haji nanti sudah diatur bersama teman satu kelompoknya.

"Menu khas Sumbawa kami akan masak sesekali. Karena kalau roti, daging dan saus Arab takut tidak sesuai rasanya dengan lidah kita," tambahnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved