Berita Lombok Timur

Tim Disnakertrans Lombok Timur Diancam Tekong Saat Sosialisasi Aplikasi Siap Kerja

Tingginya keinginan masyarakat untuk bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) dijadikan kesempatan para tekong

TRIBUNLOMBOK.COM/AHMAD WAWAN SUGANDIKA
Kepala Disnakertrans Lombok Timur, M. Khairi. Tingginya keinginan masyarakat untuk bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI) dijadikan kesempatan para tekong. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Tim sosialisasi dari Dinas Ketenaga Kerjaa dan Transmigrasi (Disnakertrans) Lombok Timur diancam oknum tekong Pekerja Migran Indonesia (PMI) saat mensosialisasikan program siap kerja.

Kepala Dinas (Kadis) Disnakertrans Lombok Timur, M. Khairi. mengaku ancaman yang didapatkan kerap kali masuk melalui pesan instan Whatsapp.

"Kami pernah lakukan jadwal sosialisasi ke desa untuk sosialisasi aplikasi siap kerja, baru 3 desa dengan swadaya kami datangi, akan tetapi saat ini PT, Tekong, PL (perekrut lapangan) sponsor sepertinya kebakaran jenggot," ucap Khairi, Rabu (22/11/2023).

Khairi mengungkap program sosialisasi aplikasi siap kerja itu dianggap mengurangi peran tekong, PT, hingga PL.

Baca juga: Pengakuan Tekong Soal 2 CPMI Lombok Timur Batal Berangkat ke Taiwan Meski Sudah Bayar Rp120 Juta

Para petugas juga mengalami pengancaman yang sama melalui pesan WA pribadi.

"Dia bilang tinggal mati yang belum kami lakukan," kata Khairi.

Dari nada ancaman yang diterima, Tim sosialisasi dari Disnakertrans Lombok Timur terpaksa berhenti turun ke masyarakat sembari melapor ke polisi.

Hasilnya, tekong dan perekrut lapangan berhasil ditangkap dan saat ini sudah diamankan.

Upaya sosialisasi aplikasi siap kerja saat ini diperlukan, mengingat tingginya keinginan masyarakat untuk bekerja sebagai Pekerja Migran Indonesia (PMI).

Alasannya, 3 tahun belakang, dari tahun 2020-2023 ini ada kenaikan upak kerja para PMI ini dari sejumlah negara tujuan.

Baca juga: Pengakuan 3 Tersangka TPPO Tujuan Polandia, Tekong Juga Merasa Jadi Korban

"Karena begini, dari tahun 2019 semua TKI kita dikembalikan ke daerah masing-masing karena Covid, selesai Covid maka negara itu mensegerakan karena butuh, untuk berangkat kita sebagai negara melakukan menjual mahal dengan meaikkan tarif upah ke sejumlah negara tujuan," katanya.

Demikian juga dengan kebijakan zero cost dan biaya keberangkatan yang ditanggung pengguna sehingga memancing calon PMI untuk segera berangkat.

Akibatnya, kata Khairi, banyak yang lupa dengan syarat yang diperlukan.

Celah itu pun dimanfaatkan tekong dan sponsor yang mencari keuntungan.

Sumber: Tribun Lombok
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved