Opini

Satu Abad NU dalam Perspektif Pembelajar

Nahdlatul Ulama (NU) tumbuh cemerlang hingga usia satu abad. Lantas apa yang membuat NU dapat berkembang dalam kedigdayaan kemajuan seperti sekarang?

Editor: Sirtupillaili
Dok.Istimewa
Salman Faris 

Jamaah mengenali semua tokoh tersebut dan menjadikan mereka sumber berkah dan ilmu pengetahuan. Transmisi keilmuan dan perjuangan pun lebih cepat merata karena NU tidak perlu menunggu tokoh yang tunggal hanya untuk satu kegiatan dan keputusan. Bagi jamaah NU, semua sama-sama NU. Dan Kiai NU akan tetap menjadi NU.

Faham Kiai NU akan tetap menjadi NU merupakan kefahaman dasar di kalangan jamaah NU. Dengan begitu, dapat dikatakan, tidak ada dalam catatan sejarah, Kiai atau jamaah lain yang dipecat dari NU. Meskipun pergolakan pandangan, sikap, tindakan di kalangan NU sangat dahsyat, hal ini tidak dijadikan alasan untuk menepikan orang lain. Kalaulah hal ini berlaku, betapa banyak tokoh penting NU yang sudah dipecat karena gentingnya perbedaan.

Masih segar dalam ingatan, sebagai contoh, pertentangan di kalangan PKB yang kala itu dideklarasikan sebagai partai platform perjuangan politik NU. Tidak tanggung-tanggung, Muhaimin Iskandar melawan Gus Dur, bahkan secara perlahan Gus Dur tersingkir dari PKB. Pergolakan sengit tidak dapat dielakkan, namun hal ini, sekali lagi, tidak membuat Muhaimin dipecat dari NU. Karena walau bagaimanapun, faham bahwa orang NU tetap jadi NU sebagai pegangan asas dalam berpolemik.

Bahkan kegentingan lain yang lebih sengit pernah terjadi pada Muktamar NU ke-31 di Boyolali yang menghasilkan Kiai Hasyim Muzadi terpilih kembali sebagai PBNU. Para Kiai yang tidak searah kemudian berbincang dan bersetuju memberikan mandat kepada Gus Dur untuk membentuk PBNU baru yang merupakan PBNU tandingan hasil Muktamar tersebut.

Akan tetapi, hingga Gus Dur wafat, mandat itu tidak pernah wujud, bahkan berlalu begitu saja seiring penyatuan pergerakan NU di bawah kesadaran semua orang NU tetap menjadi NU. Endingnya Gus Dur dan Kiai Hasyim Muzadi sama-sama mendapatkan kedudukan istimewa di kalangan NU.

Goncangan gelombang sedahsyat apa pun, telah membuktikan yang, NU selalu istiqomah sebagai NU yang satu sejak didirikan. Karena itu, dapat ditegaskan bahwa sejauh ini, ada dua organisasi besar di Indonesia yang berhasil secara cemerlang membawa organisasi keluar dari faham keturunan tanpa mencederai sedikit pun penghormatan keturunan pendiri organisasi. NU dan Muhammadiyah organisasi tersebut.

Sungguh pelajaran bernilai tinggi bagi organisasi kemasyarakatan Islam lain yang berjuang menuju usia satu abad dan memasuki abad kedua semacam NU.

Malaysia, 6 Februari 2023.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Halaman 3/3
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved