Opini
Satu Abad NU dalam Perspektif Pembelajar
Nahdlatul Ulama (NU) tumbuh cemerlang hingga usia satu abad. Lantas apa yang membuat NU dapat berkembang dalam kedigdayaan kemajuan seperti sekarang?
Faktor penting lainnya ialah budaya membagi kemanfaatan yang sama kepada siapa saja. Bahkan seandainya orang tersebut tidak memiliki kelayakan untuk mendapatkan kemanfaatan berorganisasi. Pun mendapatakan porsi kemanfaatan yang proporsional. Dalam hal ini, dapat difahami yang tujuan seseorang atau suatu masyarakat berorganisasi ialah untuk mendapatkan kemanfaatan. Tentu saja dalam konteks NU ialah kemanfaatan dunia dan akhirat.
Sekali lagi, saya tidak dapat membayangkan, apa jadinya NU jika kemanfaatan tersebut hanya terpusat untuk keturunan dan pimpinan tertinggi NU saja. Atau hanya keturunan pendiri NU yang mempunyai hak istimewa mendirikan bisnis pakaian santri atau busana islami, membuat perusahaan katering, membangun perusahaan travel atau usaha bimbingan haji dan kemanfataan ekonomi lainnya. Atau juga hanya mereka yang berdarah biru NU yang mempunyai hak khusus sekaligus mutlak diangkat menjadi pemimpin politik atau dicalonkan sebagai pemimpin dalam pemerintahan. Atau yang lain juga, hanya keturunan pendiri NU saja yang mempunyai hak istimewa menjadi pemimpin di perguruan tinggi di bawah NU atau menjadi ketua Yayasan dalam naungan NU.
Sekali lagi dan lagi, saya tidak dapat membayangkan NU yang terkerangkeng oleh faham semacam itu. Dengan begitu, realitas yang nampak ialah kemanfaatan dalam NU disebarluaskan menjadi milik dan hak bersama.
Contoh paling sederhana ialah yang terkini. Lagu Satu Abad NU yang liriknya ditulis oleh Gus Mus lalu diaransemen oleh Tohpati Ario Hutomo, telah memberikan manfaat yang luas kepada sapa saja yang kreatif. Gus Mus tidak membentengi karya kreatif tersebut atas dirinya sebagai penulis lirik sekaligus keturunan darah biru NU.
Dampaknya ialah dalam masa yang singkat, lagu Satu Abad NU telah menjelma ke dalam banyak genre lagu. Mereka yang hobi rock, segera menggubah lagu tersebut menjadi musik rock. Begitu juga mereka yang hobi jaz, kasidah, dangdut, dan lainnya. Segera mendapatkan kemanfaatan. Amat menarik, tidak ada larangan atas nama karomah atau berkah. Sebab karomah dan berkah dalam faham NU dapat diperoleh oleh siapa saja melalui kepelbagaian kaedah.
Yang menarik juga, selain lagu resmi satu Abad NU, para kreator juga diberikan mendulang kemanfaatan momentum resepsi Satu Abad NU dengan menciptakan lagu sekaligus video clip yang lain. Tak dapat dielakkan, karena karya tersebut mengambil semangat dan momentum yang sama, maka jamaah NU yang lain berduyun-duyun memberikan sambutan dan penghargaan.
Contoh yang lain juga dapat dilihat pada kemajemukan latar belakang mereka yang memperoleh sekaligus memberi kemanfaatan dalam NU. Orang yang merasa sebagai pendosa, datang dari dunia kelam dan dipandang hitam oleh komunitas sosial, dengan senang hati mereka datangi Gus Miftah untuk mendapatkan pencerhaan, misalnya.
Sementara itu, Kiai dan jamaah NU yang lain, tidak menentang-melarang Gus Miftah bertindak mengastasnamakan diri sebagai orang berlatar belakang NU. Malahan didorong untuk semakin mengepakkan sayap.
Mereka yang gemar mengaji sambil berhibur, tidak dipaksa masuk pesantren. Karena mereka dengan lapang hati menghadiri forum yang diadakan Cak NUN. Mereka yang senang mempelajari Islam dalam perspektif kejawen, pun sudah banyak Kiai mumpuni dalam NU. Amat menarik, tidak ada pertentangan sikap dalam hal tersebut meski berbeda pandangan. Tidak ada doktrin dan larangan, baik secara kultural maupun struktural.
Bahkan yang paling mencengangkan ialah seniman musik dangdut koplo yang terkenal seantero Nusantara bahka dunia, tidak malu dan tak juga segan mengaku diri sebagai NU karena tidak ada pengharaman bagi profesi mereka. Budaya NU mendidik mereka menjadi orang NU yang berNU dengan cara mereka masing-masing. Karena Kiai NU meyakini yang, mereka semua, dari jenis apa pun, tertanam dalam hati terdalam yang sumber berkah ialah Kiai dan NU itu sendiri.
Di samping faktor di atas, tak kalah menariknya ialah NU tidak mengenali faham tokoh tunggal. Tokoh yang diberikan tugas dan beban untuk memanggul NU sendiri. Tokoh yang menjadi pusat segala keputusan dan kebijakan. Tokoh yang segala pikiran, pandangan, dan arahannya mesti didengar, diikuti dan ditaati. Budaya NU memberikan penghormatan kepada keturunan pendiri NU, Kiai, dan tokoh penting dari kalangan struktural, namun tak berarti penghormatan besar tersebut menciptakan faham tokoh tunggal.
Semua Kiai dan tokoh di NU mempunyai kesadaran yang sama sebagai penggerak kemajuan NU. Asas ini tersampaikan secara baik kepada jamaah. Lalu yang terjadi ialah pembagian peran dan tanggung jawab yang sama memikul pemajuan NU dari pusat hingga kawasan terpencil. Dari yang paling atas hingga yang paling bawah.
Meskipun tidak termasuk ke dalam struktural, Kiai NU yang mengasuh pondok pesantren dan pengajian di kawasan tertentu memiliki kewibawaan dan kehormatan yang sama dengan Kiai dan tokoh struktural lain. Pusat tidak merasa terganggu ketika Kiai yang lain mempunyai pengaruh yang jauh lebih besar dibandingkan mereka yang berada di struktural. Malahan, struktural NU segera memfasislitasi secara luas agar Kiai tersebut medapatkan tempat yang semakin terhormat.
Misalnya, ketokohan Gus Baha yang begitu populer, tidak lantas meredupkan ketokohan Kiai yang lain. Para video kreator di NU pun tidak kehabisan bahan konten untuk membuat videp pendek karena masing-masing Kiai mempunyai tempat yang sama. Video Gus Baha yang begitu populer tersebar secara luas, pada masa yang sama video Kiai yang lain pun menjamur. Dengan begitu, jamaah NU mempunyai banyak pilihan konten kreasi untuk ditonton dan dipelajari. Bukan seribu video berisi tokoh yang sama.
Perkara tersebut telah memicu lahirnya ilmuwan NU berkecambah di tiap kawasan. Jamaah mempunyai pilihan yang pelbagai jika berkeinginan mengaji. Pengetahuan dan karakter serta gaya pengajian yang majemuk pun menjadi pemandangan yang tak asing di kalangan NU. Tidak terpusat pada satu tokoh yang berdampak kepada meredupnya tokoh yang lain.
| Membedah Dana BTT Pada APBD NTB 2025 |   | 
|---|
| Kasus Keracunan MBG dan Isu HAM: Menghentikannya Justru Bisa Melanggar Hak Dasar Anak Miskin |   | 
|---|
| Ketika Gaza Plan Memaksa Hamas Menjadi Lebih Realistis |   | 
|---|
| Madrasah Entrepreneur: Menyatukan Nilai, Ilmu dan Jejaring |   | 
|---|
| Mencermati dan Memahami Penggunaan BTT dalam Kondisi Mendesak |   | 
|---|


 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					![[FULL] Ulah Israel Buat Gencatan Senjata Gaza Rapuh, Pakar Desak AS: Trump Harus Menekan Netanyahu](https://img.youtube.com/vi/BwX4ebwTZ84/mqdefault.jpg) 
				
			 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.