Opini
Sultan Muhammad Salahuddin Bima XIV: Cahaya dari Dana Mbojo
Sultan Muhammad Salahuddin Bima XIV (1915–1951), seorang raja alim, pemimpin bijak, dan penjaga martabat rakyat
Sultan Salahuddin membuktikan bahwa kekuasaan tanpa keadilan hanyalah bayang-bayang, dan ilmu tanpa kasih hanyalah kehampaan. Dalam diamnya, beliau membangun kesadaran rakyat, memperkuat pendidikan Islam, dan menjaga kedaulatan Bima dari tekanan kolonial.
Ia berjuang bukan dengan pedang, tetapi dengan pena dan kebijaksanaan. Kini, namanya berdiri sejajar dengan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dari Pulau Lombok.
Dua sosok besar dari dua ujung Nusa Tenggara Barat ini menjadi dua cahaya kembar Nusantara: yang satu menerangi jalan dakwah dan pendidikan, yang satu menyinari jalan pemerintahan dan keadilan. Keduanya mengajarkan, bahwa kemuliaan tidak selalu lahir dari kekuasaan, tetapi dari pengabdian yang tulus.
Bagi siapapun yang terlibat dalam perjalanan panjang ini, baik dari keluarga kesultanan, tokoh masyarakat, akademisi, dan tim kecil di Dinas Sosial NTB (Pemerintah Provinsi NTB), setiap langkah terasa seperti ziarah batin menuju makna pengabdian, yang memberikan pembelajaran bahwa memperjuangkan kebenaran sejarah sama beratnya dengan melawan penjajahan; hanya bedanya, musuhnya kini adalah lupa dan ketidakpedulian.
Namun berkat kerja sama, kesabaran, dan do'a, akhirnya sejarah menegakkan keadilannya. Kini, dari Dana Mbojo, cahaya itu kembali menyala.
Cahaya seorang sultan yang hidup dalam kesunyian pengabdian, namun kini bersinar di langit Indonesia. Dan kita, anak-anak bangsa, belajar darinya bahwa pengabdian sejati tidak butuh sorak-sorai; sebab amal yang lahir dari keikhlasan akan abadi di bawah cahaya Rahmat Yang Maha Kuasa.
Sultan Muhammad Salahuddin Bima XIV bukan hanya pahlawan bagi Bima, melainkan cermin bagi bangsa, bahwa keagungan sejati bukan pada mahkota di kepala, tetapi pada ketulusan yang tinggal di dada.
Dan dari cahaya itu, Nusantara belajar untuk tidak lupa kepada asalnya, bahwa setiap pengabdian yang tulus, sekecil apa pun, akan menemukan waktunya untuk dikenang oleh sejarah.
“Berkuasalah dengan ilmu, dan berjuanglah dengan kasih sayang.” - Sultan Muhammad Salahuddin XIV, Bima.
| Taman Budaya NTB yang Malang dan Terbelakang |
|
|---|
| IPM NTB Tumbuh di Atas Rata-Rata Nasional: Saatnya Berhenti Menertawai Diri, Mari Menguatkan Ikhtiar |
|
|---|
| Kecimol dan Kesasakan Kita: Menemukan Cermin Akhlak dan Budaya |
|
|---|
| Pernikahan Dini: Penyebab Perceraian dan Upaya Mengatasinya dalam Perspektif Hukum Keluarga Islam |
|
|---|
| 59 Tahun UIN Mataram: Paradoks Unggul dengan Realitas Jalan Gajah Mada |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lombok/foto/bank/originals/Kepala-Dinas-Sosial-NTB-Dr-Ahsanul-Khaliq-111.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.