Mengenal Ritual Nyalamak Dilauk, Tradisi Suku Pesisir Lombok Timur Syukuri Hasil Laut Melimpah
Ritual Nyalamak Dilauk digelar oleh masyarakat Suku Bajo, Mandar, Makassar, dan Bugis di Desa Tanjung Luar, Lombok Timur, sebagai wujud syukur.
Ringkasan Berita:
- Ritual Nyalamak Dilauk (Selamatan Laut) digelar oleh masyarakat Suku Bajo, Mandar, Makassar, dan Bugis di Desa Tanjung Luar, Lombok Timur, sebagai wujud syukur atas hasil tangkapan laut yang melimpah.
- Prosesi Puncak dan Sesembahan: Ritual berlangsung sekitar tiga hari, diawali arak-arakan kerbau dan diakhiri dengan pelarungan kepala kerbau (yang dilengkapi emas 3 gram) ke laut sebagai persembahan.
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Masyarakat perantau yang terdiri dari Suku Bajo, Mandar, Makassar, dan Bugis di Desa Tanjung Luar, Kecamatan Keruak, Lombok Timur, secara rutin menggelar tradisi adat turun temurun bernama Nyalamak Dilauk atau Selamatan Laut.
Terbaru ritual tersebut digelar pada Juli lalu.
Ritual akbar ini dilaksanakan sebagai wujud rasa syukur kolektif atas limpahan hasil tangkapan laut yang mereka peroleh.
Kepala Desa Tanjung Luar, Saiful Rahman menjelaskan, rangkaian ritual tersebut berlangsung selama kurang lebih tiga hari.
Prosesi diawali dengan arak-arakan kerbau yang diiringi oleh alunan musik tradisional sebelum hewan tersebut disembelih.
“Ini turun temurun, sebagai wujud syukur kita terhadap melimpah tangkapan laut,” kata Saiful Rahman.
Arak-arakan kerbau ini dilakukan di sepanjang pinggir pantai sambil diiringi tabuhan alat musik tradisional yang dikenal sebagai sarone.
Saiful Rahman menekankan pentingnya pelestarian tradisi ini. “Ini aset kita di NTB, ritual nyelamak Dilauk,”ucapnya.
Prosesi Puncak dan Unsur Mistis
Ketua Panitia Festival Bahari Nyelamak Dilauk, Abbas menjelaskan, tradisi ini sarat dengan unsur mistis, terutama dalam prosesi arak-arakan dan tarian yang mengiringi.
Sebelum kerbau dipotong, hewan tersebut diarak keliling pantai lengkap dengan sesajen, kemenyan, serta dibalut kain-kain pusaka.
Ritual ini melibatkan empat suku utama (Bugis, Bajo, Mandar, dan Makassar), yang disimbolkan dengan empat bendera berwarna berbeda (putih, merah, kuning, dan hitam) yang menyatu.
“Ritual yang terlibat ada suku Bugis, Bajo, Mandar dan Makassar makannya ada empat bendera ada warna putih, merah, kuning, dan hitam itu pertanda empat suku dan menyatu,” kata Abbas.
Ia juga mengisahkan momen di mana beberapa warga terlihat menari hingga menangis histeris.
Kondisi ini dipercaya sebagai simbol kegembiraan di mana raga mereka dipinjam oleh makhluk laut.
| Bupati Lombok Timur Izinkan 1.600 Honorer Non Database Tetap Bekerja, Gaji Tetap Sama |
|
|---|
| Panen Benih Kentang Industri di Lombok Timur Jadi Langkah Nyata Menuju Swasembada Nasional |
|
|---|
| Diduga Alami Kekerasan oleh Guru, Siswa di Lombok Timur Tak Mau Sekolah karena Takut |
|
|---|
| Jembatan Antardesa di Lombok Timur Amblas karena Tergerus Luapan Air |
|
|---|
| Aktivitas Warga Desa Seriwe Terhambat karena Jembatan Rusak, Sehari-hari Pakai Sampan |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lombok/foto/bank/originals/TRADISI-NYELAUK-7.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.