Berita Mataram

Cerita Warga Bintaro Ampenan Terusir Abrasi, Rumah Tidak Layak Dihuni Lagi

Dia dan keluarganya kini mengungsi dan menumpang di rumah mertuanya yang lebih layak huni.

TRIBUNLOMBOK.COM/WAWAN SUGANDIKA
ABRASI PANTAI - Warga dari Kampung Bugis, Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram Zainul Makbul (29) duduk di depan rumahnya, Jumat (14/11/2025). Dia dan keluarganya kini mengungsi dan menumpang di rumah mertuanya yang lebih layak huni. 
Ringkasan Berita:
  • Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan Kota Mataram terdampak abrasi
  • Sejumlah warga di pesisir pantai kehilangan tempat tinggal

 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA MATARAM - Warga dari Kampung Bugis, Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan, Kota Mataram Zainul Makbul (29) terus abrasi. 

Abrasi pantai semakin memburuk pada tahun 2025 ini sehingga membuatnya harus menyingkir dari rumah tempatnya pulang dan berlindung.

Zainul menyaksikan rumahnya, yang dulunya dihuni oleh orang tuanya, terus terkikis gelombang pasang.

“Kondisi abrasi yang terjadi, tahun yang terparah, kalau diperkirakan mungkin rumah saya sudah rusak total dan tidak bisa ditempati lagi. Hampir 80 persen bagian rumah, khususnya yang berada di pinggir pantai, rusak,” ucapnya lirih sembari memperlihatkan bangunan rumahnya yang ambruk diterjang abrasi, Jumat (14/11/2025)

Setiap tahun, bagian-bagian rumah seperti atap sering terbang dan dinding-dinding pinggir rumah rusak.

Baca juga: BPBD Dorong Penggunaan Dana BTT untuk Penanganan Abrasi di Sepanjang 9,1 Km Pantai Kota Mataram

Meski sudah diperbaiki tapi tetap rusak lagi sehingga dia khawatir rumahnya tak lama lagi akan ambruk. 

Dia dan keluarganya kini mengungsi dan menumpang di rumah mertuanya yang lebih layak huni. 

“Setiap tahun, air laut pasti masuk ke dalam rumah,” katanya.

Untuk mencegah air masuk, ia dan warga lain sering sibuk menaruh karung pasir di pinggir-pinggir rumah.

Ketika ombak besar, ia dan keluarganya, terutama istri dan anak, merasakan ketakutan. 

Mereka tidak bisa tidur sepanjang malam karena suara ombak dan angin.

Mata Pencaharian Hilang

Sebagai seorang nelayan, dia tidak asing dengan badai dan gelombang pasang yang kini tidak hanya merusak rumahnya tetapi juga melumpuhkan sumber penghasilan keluarga.

“Karena kondisi cuaca yang buruk dan angin kencang, saya sudah dua bulan ini tidak bisa melaut,” ungkapnya.

Dia kini menganggur dan tidak ada penghasilan sejak absen melaut.

Zainul hanya bisa menaruh harapan agar bisa mendapatkan tempat tinggal yang baru dan layak.

“Harapannya saya agar bisa cepat mendapatkan tempat tinggal baru, meskipun harus direlokasi ke Rusunawa, kami terima demi menjalani kehidupan bersama keluarga saya dengan tampa ketakutan lagi,” bebernya.

Ia menyadari bahwa rumahnya sudah tidak bisa ditempati lagi. Jika pun harus direlokasi ke tempat lain, ia harus terima.

Dalam kondisi sulit ini, ia dan keluarganya hanya bisa bersabar sambil berharap agar rezeki segera datang.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved