Berita Mataram

Sejumlah Merek Beras di Kota Mataram Mendadak Hilang dari Pasaran Setelah Penetapan HET

Merek beras yang masih tersisa di toko ritel di Mataram adalah yang sudah menyesuaikan HET produksi

Tribunnews/Jeprima
HARGA BERAS - Ilustrasi kesibukan di pasar induk beras cipinang, Jakarta Timur, Sabtu (2/3/2024). Merek beras yang masih tersisa di toko ritel di Mataram adalah yang sudah menyesuaikan HET produksi. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA MATARAM - Sejumlah merek beras di Kota Mataram mendadak hilang.

Hal itu setelah ditetapkannya Harga Eceran Tertinggi (HET) beras oleh Badan Pangan Nasional atau Bapanas melalui Surat Keputusan Kepala Bapanas Nomor 2 Tahun 2025.

Operasional Manager MGM Supermarket, Hasbi  mengungkap ada sejumlah merek yang tidak ditemukan lagi di rak penjualan.

“Kalau untuk distributor kecil, ada 2 merek yang hilang di retail kami, sementara distributor besar ada 6 merek yang hilang. Merek yang hilang seperti Salam Cokelat, Salam Sejahtera Hijau dan masih banyak lagi,” ucapnya, setelah dikonfirmasi, Jumat (10/10/2025).

Saat ini kata dia, merek beras yang masih tersisa di MGM adalah yang sudah menyesuaikan HET produksi.

Hasbi meyakini jika penetapan HET membuat distributor berpikir ulang.

Baca juga: Inflasi Kota Mataram Terkendali, Namun Harga Beras Premium Perlu Solusi

“Besar harapan kami, aturan ini bisa dikaji ulang, soal kebijakan HET-nya lah. Kasian distributor beras yang kecil, sudah nggak bisa masukkan berasnya lagi,” katanya.

Warga Mataram, Suarni saat tengah berbelanja di MGM Supermarket mengaku hilangnya sejumlah merek beras sudah terjadi sejak satu minggu yang lalu.

“Merek beras kesukaan saya hilang begitu saja. Sudah nggak pernah muncul. Padahal rasa berasnya enak, patahannya dikit banget, worth it banget buat dibeli, meskipun harganya di atas Rp 80 ribuan. Ada harga, ada kualitas lah,” sebutnya.

Suarni mengaku, tidak masalah jika harga beras premium di atas HET dengan mempertimbangkan kualitasnya.

“Kalau saya lihat-lihat, beras premium yang sebelumnya Rp 80 ribu sampai Rp 82 ribu, sudah mengikuti HET, di harga Rp 74 ribuan. Tapi kelihatannya memang lumayan banyak patahannya, berbeda saat harga sebelumnya, lebih banyak beras yang ada kepalanya,” ujarnya

Warga lainnya Husniawati mengaku terpaksa membeli beras merek lain karena beras premium maupun beras super kesukaannya tidak lagi dijual.

“Kalaupun ada, beras itu dijual di toko kelontong. Tapi sekalinya dijual di sana, harganya jadi lebih mahal. Seperti aji mumpung gitu. Jadi mau nggak mau beli beras premium sesuai HET yang ada di retail. Rasanya sih sama saja, tapi memang, patahannya lumayan lebih banyak, dibandingkan beras super,” pungkasnya.

(*) 

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved