Penutupan Pendakian Rinjani
Guide Sembalun Keluhkan Penutupan Rinjani, Akui Sulit Cari Kerjaan Lain
Para guide menilai, penutupan Rinjani menyebabkan sumber penghasilan masyarakat setempat terputus.
Penulis: Toni Hermawan | Editor: Idham Khalid
“Terkait sarana dan prasarana, kami dengan arahan langsung Kementrian fokus pertama mengenai rescue yng coba akan diterapkannya. Sehingga pada saat kejadian (kecelakaan pendakian) ini bisa kita manfaatkan secara maksimal peralatan yang nantinya akan ditampung di shelter yang akan dibuat,” ungkapnya.
“Mau kerja sayur pun sudah habis musimnya, tampak juga untuk semua bukan kami yang jadi guide aja,” tambahnya.
Dia menilai pemerintah salah menempatkan kebijakan penutupan Rinjani, sebab pada bulan Agustus hari kemerdekaan angka kunjungan cukup tinggi.
“Saya tanya sama pemerintah apakah ini namanya merdeka, beban saya sekarang mau menjelang 17 Agustus banyak pengeluaran tapi pendapatan darimana,” ujarnya.
Penghasilan yang didapatkan dari guide per hari Rp 300 ribu, dan jika menambahkan ke puncak Rinjani ada biaya tambahan, namun saat pendakian, biasa lebih dari sehari.
“Belum untuk tip kalau lagi banyak dapat Rp 1 juta, kita gak berharap tip tapi itu sudah jadi tradisi, uang tip ini tergantung servis kita kepada tamu, kalau merasa servis OK dikasih kita ekstra lebih,” akunya.
Luqman hingga saat ini belum terpikirkan untuk nyambi pekerjaan sembari menunggu pembukaan Gunung Rinjani.
“Kita saat ini nunggu beburuh atau nyangkul di sawah sementara 10 hari,” katanya.
Untuk mengakali pengeluaran supaya tidak membengkak, keluarga harus berhemat ekstra dan pembelian rokok dikurangi dan menggantinya dengan tembakau linting.
“Sudah berapa hari ini tidak ada job ke Rinjani,” pungkasnya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.