Penggusuran di Pantai Aan
Kadispar Lombok Tengah Ungkap Modus WN Asing Bangun Bisnis Tanpa Izin di Pantai Aan
Dinas Pariwisata Lombok Tengah mengungkap banyak warga negara (WN) asing nakal di Pantai Tanjung Aan yang membuat cafe dan restoran secara ilegal.
Penulis: Sinto | Editor: Idham Khalid
Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Kepala Dinas Pariwista (Kadispar) Lombok Tengah (Loteng) Lalu Sungkul memberikan penjelasan terkait alasan dilakukan pemerintah daerah melakukan land clearing di kawasan Pantai Tanjung Aan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah.
Lalu Sungkul menyampaikan, banyak warga negara (WN) asing nakal di Pantai Tanjung Aan yang membuat cafe dan restoran secara ilegal. Sungkul menyebut WN Asing tersebut melihat momentum, daripada sewa tanah akhirnya menggunakan jasa lokal.
"Sementara dia sebagai pemodalnya dibelakangnya. Dan dia dapat uang sebanyak-banyaknya dan tanpa mengurus perizinan yang sesuai untuk berinvestasi di Indonesia. Ini yang bahaya," terang Lalu Sungkul saat ditemui dikediamannya di Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Kamis (17/7/2025).
"Dengan bahasa mencintai alam dan sebagainya, ini adalah modus mereka untuk mendapatkan tempat yang bagus tanpa harus sewa dengan menggunakan masyarakat lokal,
Mantan camat Pujut ini mencontohkan yang menggunakan modus tersebut adalah Aloha Beach Club yang didanai oleh bule asal Prancis," sambungnya.
Ditegaskan Lalu Sungkul, Aloha Beach Club bukan milik orang lokal melainkan orang barat yang menggunakan orang lokal untuk berinvestasi. Lalu Sungkul menyebut jika hal tersebut adalah benar, bukan tuduhan semata.
"Saya adalah kadis pariwisata, saya sudah lama di dunia pariwisata dan saya tahu apa yang terjadi. Nah oleh masyarakat sekitar sudah sering ini mengeluh atau menjadi momok karena terlalu bebas di sana karena tidak ada pengawasan pemerintah, lost control kita," terang Lalu Sungkul.
Baca juga: Lalu Iqbal Beri Bantuan Pribadi ke Guru SMP di Lombok Tengah untuk Kembangkan Produk Anyaman
Lalu Sungkul menyampaikan, manajemen Aloha Beach Club telah mempersiapkan upaya jauh-jauh hari untuk melakukan propaganda penolakan. Salah satunya sengaja mengundang wisatawan di tempat itu.
"Mereka (Aloha Beach Club) sengaja mengundang bule-bule itu untuk tetap duduk di sana. Dan saya memang yakin yang punya Aloha ini orang barat bule Prancis," jelas Lalu Sungkul.
Sebagai Kadis Pariwisata, Lalu Sungkul menyebut hal itu tidak baik terhadap keselamatan tamu-tamu tersebut. Atas hal demikian, ia meminta para wisatawan untuk pergi meninggalkan kursi pantai model lipat.
Namun kata Lalu Sungkul, dirinya tidak meminta pergi bule-bule yang sedang berjemur maupun sedang berenang yang agak jauh dari lokasi penertiban.
"Tapi yang tetap duduk di situ di antara keramaian petugas, maka seakan-akan dikondisikan untuk begitu. Ini saya tahulah. Adapun framing di media yang mengatakan mengusir tamu itu ndak ada, justru kita welcome tamu sih," ungkap Lalu Sungkul.
Lalu Sungkul menyampaikan, dirinya juga menciduk ada WN Asing yang membuat video penertiban warung ilegal sambil menjelek-jelekkan pemerintah. Bagi Lalu Sungkul, tidak diperbolehkan bule secara sengaja membuat video propaganda menjelekkan pemerintah.
"Malah saya akan laporkan dia ke imigrasi. Orang barat itu boleh berlibur tapi tidak boleh mencampuri internal atau masalah domestik pemerintah daerah atau pemerintah pusat. Jadi nggak boleh dia memvideokan jelek-jelek yang dia tidak tau sebenarnya," tegas Lalu Sungkul.
Lalu Sungkul tidak mempermasalahkan orang merekam video, namun yang menjadi masalah ketika membuat propaganda yang sebenarnya tak tahu kejadian sebenarnya.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.