Budaya NTB

Bertarung Tanpa Pelindung, Inilah Tradisi Ekstrem Belanjakan di Lombok Timur

Belanjakan merupakan permaianan tradisional, yang mengandalkan kekuatan fisik antar laki-laki .

Penulis: Toni Hermawan | Editor: Idham Khalid
TRIBUNLOMBOK.COM/ TONI HERMAWAN
TRADISI BELANJAKAN - Dua orang petarung saat unjuk kebolehan dalam tradisi Belanjakan yang dilaksanakan di Masbagik, Lombok Timur, Rabu (17/9/2025).  

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Toni Hermawan

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Di tengah kemajuan zaman dan maraknya olahraga modern, masyarakat Desa Masbagik, Kecamatan Masbagik, Kabupaten Lombok Timur, NTB tetap melestarikan Belanjakan, sebuah tradisi unik dan sarat nilai budaya.

Belanjakan merupakan permaianan tradisional, yang mengandalkan kekuatan fisik antar laki-laki yang dilakukan tanpa alat pelindung tubuh, hanya mengenakan cancut, yaitu pelindung kemaluan dari kain sarung yang dililit dan diikat.

Tradisi ini tidak sekadar pertarungan. Ia adalah bagian dari sejarah, hiburan rakyat, ajang silaturahmi, hingga sarana pelatihan mental bagi kaum laki-laki di Lombok Timur, khususnya di masa lalu.

Asal Usul dan Makna Filosofis

Mirzanil Hamdi, seorang penggiat tradisi Belanjakan di Desa Masbagik, menjelaskan bahwa nama Belanjakan berasal dari kata “lanjak” yang berarti menendang ke depan.

Tradisi ini umumnya digelar pada sore hari menjelang bulan purnama atau setelah musim panen selesai.

“Kalau dulu kan nggak ada gadget kayak sekarang, itu jadi permainan,” ujar Mirzanil saat ditemui, Rabu (17/9/2025).

Menurutnya, masyarakat yang mayoritas berprofesi sebagai petani akan mengadakan Belanjakan sebagai hiburan selepas bekerja keras di sawah.

“Setelah panen, mulai sore mereka adu fisik sebagai hiburan,” lanjutnya.

Meski tergolong ekstrem karena dilakukan tanpa perlindungan tubuh, Mirzanil menuturkan bahwa pada masa lalu kondisi fisik masyarakat jauh lebih kuat karena terbiasa bekerja keras di ladang.

“Dia menggunakan kekuatan ini, kebanyakan dulu (petarung) beladiri Belanjakan ini memiliki otot-otot yang kuat karena sebagian mereka kerja di sawah,” ucapnya.

Tak hanya sebagai hiburan, Belanjakan pada zaman dahulu juga berperan penting dalam membentuk karakter petarung sejati yang kemudian direkrut untuk menjadi prajurit dalam perjuangan melawan penjajah.

“Mengusir penjajah selain rotan, dulu kita gunakan kekuatan fisik (Belanjakan),” ungkapnya.

Baca juga: Tradisi Bejango Bliq Diharap Bisa Masuk Kalender Karisma Event Nusantara

Dalam pertarungan Belanjakan, setiap petarung atau pepadu memilih lawan dengan mempertimbangkan tinggi dan berat badan. Jika dianggap seimbang, maka keduanya diperbolehkan bertarung.

Meski berlangsung tanpa perlindungan, Belanjakan memiliki aturan main yang cukup ketat. Petarung dilarang memukul secara langsung ke wajah lawan. Teknik yang digunakan meliputi tendangan, bantingan, tepisan, hingga kuncian.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved