Tradisi Tiyu di Desa Jantuk Membuat Nilai Sewa Kuda Naik Signifikan

"Kita rata-ratakan kalau Rp 3 juta harga sewa kuda berarti sekitar Rp 600 juta yang dikeluarkan untuk tradisi Tiyu ini," jelas Fauzan Rabu (10/4/2024)

Penulis: Toni Hermawan | Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/SINTO
Warga Desa Jantuk, Kecamatan Sukamulia, Lombok Timur, ramai-ramai naik kuda untuk memeriahkan Hari Raya Idul Fitri 1445 H, Rabu (10/4/2024) sore. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Toni Hermawan

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Ratusan kuda dilibatkan dalam tradisi Tiyu di Desa Jantuk, Kecamatan Sukamulia, Lombok Timur. Kuda-kuda ini berasal dari berbagai daerah di Pulau Lombok.

Ketua Badan Permusyawaratan Desa (BPD) M Fauzan Zain mengatakan, sekitar 200 kuda digunakan dalam tradisi ini.

Kuda-kuda ini disewa oleh masyarakat sekitar dengan harga sewa per ekor mulai Rp 3,2 juta hingga Rp 3,5 juta yang dikumpulkan para pemuda desa atau para penyewa kuda lainnya.

"Kita rata-ratakan kalau Rp 3 juta harga sewa kuda berarti sekitar Rp 600 juta yang dikeluarkan untuk tradisi Tiyu ini," jelas Fauzan usai menyaksikan pawai berkuda, Rabu (10/4/2024) sore.

Uang atau dana untuk dipergunakan dalam tradisi Tiyu ini bersumber dari para penunggang kuda atau pemuda desa sscara pribadi.

"Ini uang pribadi," jelasnya.

Ia melanjutkan, tradisi Tiyu ini hanya sekali dalam setahun. Kuda-kuda yang digunakan diambil setelah selesai salat hari Raya Idul Fitri.

"Kuda-kuda yang disewa ini kuda peliharaan," tambahnya.

Tradisi Tiyu (berkuda) ini dilaksanan selepas salat hari Raya Idul Fitri, namun pemerintah desa mengganti jadwalnya, parade atau pawai pada sorenya harinya (1 Syawal) dan dilanjutkan keesokan harinya (2 Syawal) berkuda yang melibatkan ratusan kuda, dimulai pukul 0.3.00 hingga pukul 07.00 Wita.

"Tanggal 1 Syawal sore harinya parade atau pawai baru kesokan harinya (2 Syawal) berkuda yang disaksikan masyarakat," katanya.

Adapun rute-rute yang akan dilalui saat berkuda mulai di jalur utama jalanan pedesaan di mulai dari Timur ke Barat, disaksikan oleh ribuan warga yang sudah mulai memadati pinggir jalan pedesaan.

"Itulah yang buat masyarakat mudik ke sini, rindu suasana sepertin ini (tradisi berkuda," tambahnya pria yang pernah menjabat Kepala Desa Jantuk pada tahun 1988 ini.

Ia mengakui, momen tahunan ini dirindukan masyarakat sehingga tiap tahunnya masyarakat mudik untuk menyaksikan budaya berkuda atau Tiyu.

"Ini simbol kebersamaan dan silaturahmi, semua warga Jantuk di luar daerah mudik dan datang menyaksikan ini," katanya.

Dengan potensi yang ada, lanjut Fauzan, pemerintah desa berencana menjadi potensi ini sebagai kekayaan desa dan akan dikembangkangkan.

"Kita berencana adanya berkuda sambil memanah supaya mengundang wisatawan lokal maupun mancaranegara," pungkasnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved