Cerita 2 Lansia di Lombok Tengah, Rumah Roboh hingga Diminta Uang Rp500 Ribu untuk Buat KTP

Dua lansia bersaudara itu adalah Sumaenah dan Sawit. Rumah satu-satunya yang mereka miliki rubuh, rata dengan tanah karena tertiup angin kencang.

Penulis: Sinto | Editor: Sirtupillaili
Dok.Istimewa
Sumaenah (kiri) dan Sawit (kanan). Dua orang lansia ini menderita dihari tuanya karena kini tidak punya rumah dan tidak dapat bantuan dari pemerintah. 

Laporan Wartawan Tribunlombok.com, Sinto

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TENGAH - Dua lansia yang tinggal di Dusun Lengusik, Desa Pelambik, Kecamatan Praya Barat Daya Lombok Tengah hidup dengan kondisi memprihatinkan.

Dua lansia bersaudara itu adalah Sumaenah dan Sawit. Rumah satu-satunya yang mereka miliki rubuh, rata dengan tanah karena tertiup angin kencang.

Musibah itu membuat hidup mereka semakin memperihatinkan. Keduanya juga tidak pernah sekalipun tercatat namanya menjadi penerima bantuan pemerintah.

Hal tersebut dibenarkan pegiat sosial dari Tulus Angen Community, Paul Fadila yang mendatangi langsung tempat tinggal keduanya, Sabtu (20/1/2024).

Paul Fadila mengatakan dirinya dikabari warga setempat mengenai kondisi kedua lansia itu. Kehidupan keduanya, kata Paul sangat memperihatinkan.

Baca juga: Pimpus Muslimat NW Lale Syifaun Nufus Blusukan Temui Lansia di Lombok Tengah

"Keduanya bersaudara kandung, kalau Sumaenah punya KTP, sedangkan Sawit tidak punya data kependudukan lantaran pernah tinggal di Sumbawa dan kembali ke Pelambik sekitar 13 tahun yang lalu," terangnya.

Dikatakan Paul, Sumaenah hidup sebatang kara lantaran tidak pernah menikah. Sedangkan Sawit memiliki seorang anak yang tinggal di Labangka, Sumbawa, namun konidisi perekonomiannya juga sulit.

Dia juga membenarkan, berdasarkan penuturan warga setempat, keduanya tidak pernah mendapatkan bantuan apapun dari pemerintah.

"Jangankan diberikan bantuan, tercatat sebagai penerima bantuan saja tidak. Ini saya dengar langsung dari warga setempat," jelasnya.

Lebih parahnya lagi, Sawit beberapa waktu lalu pernah akan membuat KTP, namun diminta untuk membayar sejumlah Rp 500 ribu rupiah kepada oknum pegawai kantor camat.

"Orang susah kok dibuat tambah susah. Dia (Sawit) bilang uangnya ada dua ratus ribu saja, tapi orang itu tidak mau. Dengan kondisi seperti ini, masyarakat kecil harusnya bisa dibantu," beber Paul.

Lebih lanjut, pihaknya telah menghubungi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dukcapil) untuk mempertanyakan status kependudukan Sawit dan mendapatkan jawaban bahwa Sawit sudah tidak lagi menjadi warga Sumbawa.

Dirinya sangat menyesalkan perangkat Desa setempat yang terkesan tidak mau tau dengan urusan warganya yang mengalami musibah, terlebih lansia yang hidupnya serba kekurangan.

"Insyaallah kami akan bantu untuk mengurus KTPnya, termasuk akan menggalang dana untuk membangun rumah layak huni bagi Sumaenah dan Sawit. Kemarin juga sudah ada yang datang dari TNI dan BPBD," pungkasnya.

Sumber: Tribun Lombok
Halaman 1/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved