Pengakuan Ibu Terduga Terorisme di Lombok Timur, Perilaku Anaknya Berubah Sejak Pulang Jadi TKI

"Anak saya baru beberapa tahun ini pulang dari luar negeri, dia sebelumnya bekerja di Saudi dan pulang sekitar 8 tahun lalu," ucap Marnah bercerita.

|
ISTIMEWA
Logo densus 88. Densus 88 dikabarkan turut menyita barang bukti yang disinyalir sebagai bahan peledak dari penangkapan 3 warga Penatoi, Kota Bima, Minggu (19/6/2022). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror menangkap seorang pria terduga teroris jaringan Bima berinisial M (40), warga asal Dusun Majelo, Desa Jenggik Kabupaten Lombok Timur, pada Kamis (19/10/2023).

Terduga M ditangkap bersama 2 orang temannya yang diduga merupakan komplotan berinisial IA, warga Dusun Terara Selatan, Desa Terara.

Dari informasi yang diperoleh TribunLombok.com, terungkap fakta bahwa terduga M rupanya pernah bekerja di luar negeri.

Terhitung ada 3 negara tempat terduga M bekerja yakni di Jepang, Korea, dan Arab Saudi.

Hal tersebut disampaikan langsung ibu kandung terduga M, Marnah (80) saat ditemui di kediamannya, Jumat (20/10/2023).

"Anak saya baru beberapa tahun ini pulang dari luar negeri, dia sebelumnya bekerja di Saudi dan pulang sekitar 8 tahun lalu," ucap Marnah bercerita.

Baca juga: BNPT Menyebut Radikal Terorisme di NTB Menurun Tapi Ingatkan Tetap Waspada

Terduga M sendiri dari awal sudah bertahun-tahun menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) dengan rentan waktu 3 tahun bekerja di Jepang, 3 tahun bekerja di Korea, dan terakhir 2 tahun bekerja di Saudi.

Akan tetapi prilaku terduga M ini mulai berubah setelah dia pulang dari Saudi sekira tahun 2017 lalu.

Terduga M yang awalnya sering bergaul dengan masyarakat mulai berubah 180° dengan menjadi pendiam dan anti sosial.

"Iya itu kata orang di sini, anak saya kalau ada acara zikiran ndak pernah mau ikut, dia seringnya juga sama temennya yang ada di Terara itu," kata Marnah.

Lebih-lebih terduga M yang menikah dengan orang Bima membuatnya sering kali berpergian ke luar daerah.

Hingga hal itu semakin membuat jarak yang jauh antara dirinya dan masyarakat sekitar.

Bahkan diakui Marnah, anaknya juga lebih sering mengikuti acara keagamaan di luar desa, bahkan sholat Juma't pun jarang dilakukan di masjid yang berada persis di depan rumahnya.

"Dia katanya sering jadi imam salat di masjid sebelah timur SMAN 1 Terara itu, sebelah barat Gudang Tembakau Sadana, setiap menjelang Jumat dia selalu dijemput oleh temannya yang dari sana," ungkapnya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved