Berita Bima

Pacuan Kuda Tradisional di Bima Korbankan Anak Jadi Joki Cilik, LPA: Tidak Ada Tradisi Seharga Nyawa

LPA menilai melestarikan budaya dengan membawa anak ke punggung kuda pacu yang berlari kencang hanya menjadi tontonan memukau kaum dewasa

Penulis: Atina | Editor: Wahyu Widiyantoro
TRIBUNLOMBOK.COM/SIRTUPILLAILI
Para joki cilik memacu kudanya untuk menjadi yang terdepan dalam pacuan kuda di Kabupaten Dompu. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Atina

TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA BIMA - Lembaga Perlindungan Anak (LPA) kembali buka suara setelah kembali munculnya kasus anak yang meninggal, karena menjadi joki cilik.

Ketua LPA Kota Bima, Juhriati menegaskan, sikap lembaganya masih tetap sama seperti sebelumnya yakni menolak keberadaan joki cilik.

"Duka yang tiada akan berujung. Sampai kapan nyawa para joki cilik tergadaikan di atas punggung kuda pacuan," kritik Juhriati.

Sejak tragedi pacuan kuda Sambinae yang menewaskan Salsabila pada tahun 2020, LPA terus menggaungkan stop joki cilik di arena pacuan kuda.

Menurut dia, melestarikan budaya dengan membawa anak ke punggung kuda pacu yang berlari kencang hanya menjadi tontonan memukau kaum dewasa, tanpa memikirkan segala kerentanan yang akan dialami joki cilik.

Baca juga: Kasus Joki Cilik di Bima Meninggal Terjadi Lagi, Pemerintah Sebut Anak Dimanfaatkan Orang Tua

"Mereka bocah-bocah berani? Tidak sesederhana itu. Bocah belum memiliki pemahaman soal "Visi Kematian". Mereka hanya nurut keinginan orang dewasa," tegasnya.

Melalui insiden ini, Juhriati mengajak semua pihak bersama untuk introspeksi dan sudah saatnya berteriak lebih kencang lagi tidak ada tradisi seharga nyawa.

"Keprihatinan dan penyesalan kami adalah terjadi saat latihan, yang diharapkan sebagai ajang mengasah keterampilan dan ketangkasan berkuda, namun tidak dibekali dengan alat pengaman serta pelatih yang mumpuni," tuturnya.

Sang joki cilik sambungnya, hanya berlatih dengan modal semangat dan keberanian. Joki seusia mereka tidak pernah berpikir risiko jatuh atau kecelakaan.

"Mari, kami mengajak seluruh masyarakat kita sama-sama menolak tradisi yang merenggut nyawa anak-anak kita," ajaknya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved