Dukung Transformasi Bidang Kesehatan, Spesialis Bedah Saraf Gelar Pertemuan Ilmiah Tahunan di NTB

Kegiatan yang berlangsung selama empat hari tersebut dihajatkan untuk meningkatkan keahlian para dokter bedah saraf dan tenaga kesehatan lainnya.

|
Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/ROBBY FIRMANSYAH
Ketua Umum Perspebsi Prof. DR. dr. Joni Wahyuhadi Sp.BS, Subsp.N-Onk (K), MARS (dua dari kiri) bersama Dinas Kesehatan NTB dr H Lalu Hamzi Fikri (paling kiri) dan Ketua Panitia DR. dr. Rohadi Sp.BS, Subsp.N-Onk (K), M.H.Kes (dua dari kanan), saat membuka acara pertemuan ilmiah tahunan Perspebsi, di Mataram, Jumat (14/7/2023). 

Laporan wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Demi meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan khususnya di bidang spesialis saraf, Perhimpunan Spesialis Bedah Saraf Indonesia (Perspebsi) menggelar Pertemuan Ilmiah Tahunan (PIT).

Kegiatan yang berlangsung selama empat hari tersebut dihajatkan untuk meningkatkan keahlian para dokter bedah saraf dan tenaga kesehatan lainnya.

Ketua Umum Perspebsi Dr dr Joni Wahyuhadi menekankan pentingnya kolaborasi antara semua petugas kesehatan, agar pemberian pelayan kesehatan dapat dilakukan secara maksimal.

"Kolaborasi antar profesi kesehatan penting sekali, simposium dan workshop ini juga dihadiri teman-teman perawat. Dokter yang baik adalah dokter yang dapat membentuk tim yang baik," jelas Joni dalam keterangan pers, Jumat (14/7/2023).

Baca juga: Gejolak Batin 2 Dokter RSUD Provinsi NTB Tangani Cedera Marc Marquez yang Crash di MotoGP Mandalika

Dalam PIT Perspebsi ini terdapat 100 pembicara nasional serta lima orang pembicara dari luar negeri yang berasal dari India, Jepang, dan Amerika Serikat.

Hal ini, kata Joni, guna mendengarkan pengalaman dan pengetahuan dari para pembicara tersebut.

Sehingga tenaga kesehatan yang ada di Indonesia mampu menyesuaikan dengan kemajuan ilmu kesehatan seperti saat ini.

"Tujuan kita mengundang beliau beliau ini untuk sharing-sharing pengetahuan, kemudian pengalaman apa yang beliau beliau punyai, supaya kita bisa menyesuaikan," jelas Ketua Perspebsi tersebut.

Selain mendengar pemaparan materi dari para pembicara tersebut, peserta PIT Perspebsi ini diharapkan mampu bertukar ide dan gagasan antar sesama.

Hal ini juga ditujukan agar kedepannya menjadi bahan evaluasi terhadap pedoman praktik bedah saraf.

Sehingga harapannya setelah simposium dan workshop tersebut berlangsung, para peserta bisa membuat sebuah buku sebagai pedoman.

Dikatakan Joni, penyakit saraf yang paling banyak mengakibatkan kematian adalah struk.

Kemudian yang kedua kecelakaan yang menimbulkan trauma dan ketiga tumor saraf.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved