Berita Lombok Timur
Berawal dari Hobi, Pemuda Rumbuk Raih Omzet Jutaan Rupiah per Minggu Dari Tanaman Hidroponik
Kepada TribunLombok.com, Randy, sapaan akrabnya menceritakan awal mula dirinya bergelut di dunia hidroponik sejak tahun 2015.
Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Dion DB Putra
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Randy Satriawan Jayadi, pemilik Tofonic Faram raih omzet jutaan rupiah per minggu dari pengembangan tanaman selada dengan sistem hidroponik.
Kepada TribunLombok.com, Randy, sapaan akrabnya menceritakan awal mula dirinya bergelut di dunia hidroponik sejak tahun 2015.
Saat itu ia melihat tanaman hidroponik di laman Facebook kemudian tertarik untuk coba bercocok tanam.
"Waktu itu saya masih kuliah. Karena saya hobi bercocok tanam akhirnya saya coba-coba dulu membuat hidroponik di halaman kontrakan dengan menggunakan seteropom. Saya belajar melalui Facebook dan Google karena waktu itu belum ada di channel YouTube," tuturnyya saat ditemui di lahannya, Selasa (30/5/2023).
Berbekal pengetahuan yang didapat dari internet tersebut, ia bercocok tanam selada di halaman rumah bermodalkan delapan paralon.
Setelah berhasil pada tahun 2021 ia mulai mengembangkan tanaman tersebut dengan menyewa lahan seluas 4 are dengan total modal sebesar Rp55 juta.

Disebutkannya, dari 8 meja hidroponik yang baru beroperasi, dirinya bisa meraup omzet Rp1 juta sampai Rp 2 juta per minggu.
Selain dijual di tempat dan diambil oleh pengepul, selada tersebut juga banyak dikirim ke ke luar daerah seperti Pulau Sumbawa, Bima, Dompu, Lombok Tengah, Lombok Barat dan Mataram.
"Kalau ke hotel saya biasa kirim ke Gili Trawangan, Kuta Mandalika dan beberapa hotel di Mataram, Alhamdulillah sudah bisa balik modal," ungkapnya.
Adapun selada ini dijual dengan harga Rp 30 sampai Rp35 ribu per kilogram. Sementara untuk per biji dijual dengan harga Rp5 ribu. Akan tetapi biasanya pera pembeli lebih memilih beli per kilogram.
Diakuinya, Kendala yang dialami pada awal terjun ke usaha ini terkait pemasaran karena tanaman selada masih kurang dikenal.
Kendala lainnya ialah ketika selada biasa sudah panen raya akan membuat harga selada hidroponik menjadi anjlok. Karena banyaknya stok selada di pasaran.
"Itu lebihnya kita menggunakan sistem hidroponik, kita bisa mengatur rotasi penanaman, sehingga kita bisa memprediksi kapan waktu harga akan murah san mahal," terangnya.
Menurut Rendy, permintaan selada dengan sistem hidroponik sangat tinggi, bahkan dirinya kualahan untuk memenuhi permintaan pasar.
"Permintaan banyak. Insyaallah dalam waktu dekat yang delapan meja akan saya aktifkan lagi supaya bisa panen lebih banyak," pungkasnya. (*)
Target 5.672 Akseptor, Capaian KB Lombok Timur Masih di Bawah 50 Persen |
![]() |
---|
Pemda Lombok Timur Siap Wujudkan Industri Agro Maritim Berkelanjutan |
![]() |
---|
Warga di Lombok Timur Temukan Bayi di Musala: Terbungkus Jilbab, Kondisi Sehat |
![]() |
---|
Honorer Rami-ramai Urus SKCK di Polres Lombok Timur, Antre hingga 3 Hari |
![]() |
---|
GTT dan PTT di Lombok Timur Dapat Tambahan Insentif dari Baznas |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.