Opini
Ketika Batas Religi Meleleh
Area yang setiap hari Sabtu menjadi car free day berubah menjadi lapangan pesta pora. Penjor hias memenuhi ruas jalan El Tari.
Memanah Daya Sakral ke Kehidupan Bumi
Pada pukul 15.00 Wita gadis-gadis KMHDI mulai menarikan tari Pendet mengawali seremoni pembukaan.
Tari yang awalnya sakral dan menjadi bagian dari upacara piodalan di pura sebagai ungkapan rasa syukur, penghormatan, penyambutan kepada dewata yang turun ke bumi dan pemujaan kepada dewa yang berdiam di pura kini bermetamorfosis menjadi 'balih-balihan' atau tari hiburan dan penyambutan selamat datang. Tapi itu tak melunturkan kesan magisnya.

Di bangku depan saya memperhatikan gerak para penari. Sia-sia mencuri pandang. Mereka menari untuk tamu, tetapi mata dan gerak mereka seperti berfokus pada suatu wujud yang lain.
Saya kemudian teringat apa yang disampaikan teman saya, Dr. Yoga Segara, Antropolog di Universitas Hindu Negeri I Gusti Bagus Sugriwa, Denpasar, bahwa dalam Hindu setiap orang memang selalu berhati-hati menggerakan panca indra dan tubuhnya.
Hal ini ada kaitan dengan pandangan Hindu tentang semesta yang tunggal, gerak tubuh dan indra punya pengaruh langsung pada keliling atau semesta.
Saat menari, para penari melemparkan pentalan-pentalan harapan dan ujub-ujub ke alam raya.
Kepada Dewa-Dewi yang akhirnya bergerak juga ikut menari, dan melemparkan rahmat menurut ujub-ujub penari.
Dengan menari umat Hindu sebetulnya sedang memanah daya-daya sakral ke tengah kehidupan bumi.
Tarian sebagai ekspresi kebudayaan manusia, saat ia menyentuh setiap orang yang menikmatinya, ia melampaui partikularitas ras dan agama.
Karena sifatnya ini, maka menerima tamu dalam sebuah ritual keagamaan dengan tari adalah pilihan yang paling netral dalam mewartakan nilai-nilai agama yang tidak akan dicurigai.
Ogoh-Ogoh Sebuah Perlambang
Pukul 15.30 Wita seremoni pembukaan Taur Kesange dan Pawai Ogoh-Ogoh pun resmi digelar.
Ketua Panitia Nyepi Kota Kupang I Wayan Ari Wijana mengatakan upacara Tawur Agung Kesanga digelar untuk mensucikan diri dan membersihkan tanah dari segala kejahatan sebelum mengikuti Catur Bharata Penyepian yang akan berlangsung pada Hari Suci Nyepi Tahun Caka 1945 yang jatuh pada Rabu (22/3/2023).

“Hari ini Taur Agung Kesanga, artinya upacara membersihkan seluruh bumi beserta isinya, dari hal-hal yang negatif, jahat, dengki, dengki, dll, sekarang kita pawai (ogoh-ogoh) yang dibawa keliling sebelum dimusnahkan,” kata Ari.
Masnun Tahir: Antara UIN Mataram dan NU NTB |
![]() |
---|
Merawat Kebersamaan Tanpa Unjuk Rasa, MotoGP Wajah Indonesia dari NTB untuk Dunia |
![]() |
---|
Hultah NWDI: Warisan Spiritualitas dan Kebersamaan |
![]() |
---|
Refleksi Pelantikan PW NU NTB: Mengikat Ukhuwah, Menata Masa Depan |
![]() |
---|
Menggelitik, Komunikasi Publik Pejabat di Republik dan Posisi Keilmuan Komunikasi yang Pelik |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.