Sejarah dan Budaya

Cerita Bale Samar Sakra, Rumah Mistis Tempat Selendang Dewi Anjani Disemayamkan

Untuk bisa masuk ke halaman Bale Samar, hanya terdapat sebuah gerbang kayu yang di bagian atasnya terdapat tulisan “Basmalah”...

Penulis: Lalu Helmi | Editor: Robbyan Abel Ramdhon
DOK. Tim Ekspedisi Mistis PDI Perjuangan NTB
Tim Ekspedisi Mistis PDI Perjuangan NTB dan Mi6 saat mendatangi Dusun Sawo, Desa Sakra, Kecamatan Sakra, Rabu (7/9/2022). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Lalu Helmi

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Tim Ekspedisi Mistis PDI Perjuangan NTB dan Mi6 mendatangi Dusun Sawo, Desa Sakra, Kecamatan Sakra, Lombok Timur.

Tim melakukan penelusuran terhadap Bale Samar, sebuah rumah panggung yang penuh dengan cerita mistis.

Tak sembarang orang bisa masuk rumah yang sudah berusia ratusan tahun ini, meski hanya ke pekarangannya.

Konon di rumah inilah selendang Dewi Anjani disemayamkan.

Baca juga: Kisah Mistis Mata Air Desa Rumbuk Lombok Timur yang Diduga Didirikan Bangsa Jin

Disebut Bale Samar, karena penghuni rumah tersebut tidak terlihat secara kasat mata.

Namun begitu, keberadaanya begitu dirasakan oleh warga yang bermukim di sekitar Bale Samar tersebut.

Bale Samar berada di tengah-tengah pemukiman di sebuah lahan yang dikelilingi tembok.

Untuk bisa masuk ke halaman Bale Samar, hanya terdapat sebuah gerbang kayu yang di bagian atasnya terdapat tulisan “Basmalah” dan di sebelah kanan tulisah “Allah” dan sebelah kiri tulisan “Muhammad”.

Baca juga: Lampan Lahat, Kisah Mistis dalam Wayang Sasak Lombok yang Bertaruh Nyawa

Bale Samar persis di bagian tengah. Berdiri di atas pondasi bebatuan.

Sementara halamannya masih berupa tanah. Terdapat sebuah tangga kayu yang terhubung dengan pintu Bale Samar.

Dindingnya terbuat dari bedek. Sementara atapnya dari ilalang.

Persis di dekat tangga kayu, terdapat sebuah gentong air yang terbuat dari tanah liat lengkap dengan pancurannya.

Baca juga: Mengenal Tarian Suling Dewa di Bayan, Tari Ritual Pemanggil Hujan hingga Pengusir Hama

Mirip seperti tempat wudhu masyarakat Sasak zaman dahulu. Gentong tersebut ditutup “tembolak” tudung nasi khas masyarakat Sasak.

Saban hari, gentong tersebut diisi air. Sebab, saat diisi esoknya, air dalam gentong memang sudah habis. Sehingga harus diganti.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved