Berita Lombok Tengah
Tradisi Unik di Makam Keramat Embung Puntik Lombok Tengah, Peziarah Keliling 9 Kali Sebelum Masuk
Makam ini merupakan peristirahatan terakhir seorang ulama penyebar Islam di Pulau Lombok bernama Denek Mas Suryadiningrat
Penulis: Lalu Helmi | Editor: Wahyu Widiyantoro
Masyarakat berbondong-bondong mengunjungi makam dan berdoa sebagai ucapan rasa syukur dan meminta berkah Allah SWT.
Selain bulan November, ritual adat biasanya juga digelar pada akhir Februari.
Ada juga ritual adat bernama Saur Sangi.
Baca juga: Rute Jalan ke Makam Kiai Mas Mirah dari Kota Mataram, Mubaligh Kenamaan Lombok di Abad ke-17
Di sana, masyarakat yang sebelumnya telah terkabulkan hajatnya akan datang ke makam sebagai bentuk rasa syukur telah tercapai atau terkabulkan keinginannya.
"Pada makam juga biasa digelar ritual ada saat ada anak desa yang akan dikhitan (disunat). Akan ada proses adat yang digelar," ujarnya.
Sebelum dikhitan, anak tersebut akan dibawa ke makam dengan diantar keluarga, dan menggelar tradisi pemotongan selendang.
Keliling Makam
Uniknya, makam tersebut tidak sembarang dapat dimasuki peziarah.
Harus ada ritual khusus mengelilingi makam sebanyak sembilan kali, sebelum dapat memasuki makam.
"Namun jika peziarah tidak bisa mengelilingi makam sebanyak sembilan kali, diberikan keringanan tujuh kali atau tiga kali," ujarnya.
Masyarakat meyakini dengan mengelilingi makam, mengingat kembali sebelum manusia lahir ke dunia, manusia berada pada rahim ibu dan suatu saat akan meninggal dunia.
Hidup di dunia yang singkat tersebut harus diisi dengan berbuat kebaikan sebagai bekal di akhirat.
Jika ritual mengelilingi makam tidak diindahkan peziarah, sering ditemui fenomena kesurupan seorang peziarah.
Baca juga: TGB Ziarah Makam Pendiri NU di Hari Raya Idul Adha 2022, dari Gus Dur hingga Gus Solah
Itu membuat juru kunci makam akan kerepotan menangani.
Lalu Jasmawadi mengungkapkan makam tersebut sebenarnya merupakan petilasan Denek Mas Suryadiningrat.