Berita NTB

Gubernur Iqbal Soroti Lemahnya Data Pengguna LPG Subsidi

Iqbal berujar bahwa data memang buruk, database siapa yang menggunakan LPG sangat lemah

Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Wahyu Widiyantoro
TRIBUNLOMBOK.COM/WAWAN SUGANDIKA
KELANGKAAN GAS - Warga di Lombok Barat menggelar aksi protes di depan kantor SPBBE, Selasa (16/9/2025). Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal mengungkap database di NTB maupun di tingkat nasional tentang jumlah pengguna gas LPG 3 kilogram tidak lengkap. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Masyarakat di NTB khususnya Pulau Lombok memprotes sulitnya mendapatkan LPG (Elpiji) 3 kilogram.

Gubernur NTB Lalu Muhamad Iqbal mengungkap database di NTB maupun di tingkat nasional tentang jumlah pengguna gas LPG 3 kilogram tidak lengkap.

"Data kita memang buruk, database siapa yang menggunakan LPG sangat lemah. Tapi persoalan ini tidak hanya terjadi di NTB tapi secara nasional," kata Iqbal, Jumat (19/9/2025).

Mantan juru bicara Kementerian Luar Negeri itu meminta agar para aparatur sipil negara (ASN) tidak menggunakan Elpiji subsidi yang akrab disebut gas melon ini untuk memasak sehari-hari. 

"Kalau ada yang memakai kebangetan, jangan bersaing dengan orang yang berhak menerima. Minta kesadaran untuk tidak menggunakan itu," pungkas Iqbal. 

Iqbal sudah menghubungi pihak Pertamina di pusat dan daerah untuk mencarikan jalan tengah dari persoalan ini. 

Baca juga: Pemkot Mataram Ungkap Penyebab Masyarakat Sulit Mendapatkan LPG 3 Kg, Turunkan Tim untuk Sidak

Ia mengatakan, penyebab dari kelangkaan ini karena distribusi yang kurang merata. 

"Tapi sudah dipastikan antara hari ini sampai Minggu sudah masuk, dan tidak ada kelangkaan lagi," kata Iqbal.

Mantan Dubes Indonesia untuk Turki itu meminta Pertamina untuk melakukan tambahan stok di Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. 

Iqbal meminta Bupati dan Kapolres untuk melakukan penelusuran ke agen, untuk memastikan tidak terjadi penimbunan yang akan semakin memperparah keadaan. 

"Bupati bersama Polres melakukan trecing ke agen memastikan tidak ada yang menimbun dan menaikkan harga yang tidak ditentukan," kata Iqbal. 

Saat ini harga eceran tertinggi (HET) Rp18.000 sementara kondisi di lapangan harga yang dijual pengecer berkisar Rp23.000 sampai Rp25.000.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved