Bila Pulau Sumbawa Pisah dari NTB, Apakah Lombok Akan Jatuh Miskin?

Pulau Lombok dan Sumbawa memiliki potensi ekonomi dan karakter wilayah yang berbeda. Mereka bisa saling menopang bila Provinsi Pulau Sumbawa berdiri.

Penulis: Sirtupillaili | Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/DZUL FIKRI
PEMEKARAN - Ilustrasi pemekaran Provinsi Pulau Sumbawa (PPS) dari Provinsi NTB. Masyarakat Pulau Sumbawa hari ini, Kamis (15/5/2025) menggelar aksi unjuk rasa menuntut pemerintah pusat mempercepat pembentukan PPS. 

"Kapasitas gudang yang dimiliki PT Amman di pertambangan itu sekitar 300 ribu ton, untuk Smelter juga 300 ribu ton," jelas Wahyudin, dalam keterangan pers, Jumat (9/5/2025).

Tambang milik PT AMMAN ini berada di Pulau Sumbawa. Sedangkan Pulau Lombok tidak memiliki pabrik sekala besar setara AMNT.  

Berkaca pada data BPS ini, jika Pulau Sumbawa memisahkan diri dari Lombok (NTB), pengaruhnya tentu akan sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat di Pulau Lombok.

Potensi Belum Maksimal Digarap

Nur Aida Arifah Tara, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram.
Nur Aida Arifah Tara, dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram. (TRIBUNLOMBOK.COM/DZUL FIKRI)

Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Nur Aida Arifah Tara, mengatakan, bila Lombok dan Sumbawa berpisah, kemungkinan perekonomian Lombok akan lebih terdampak jika dilihat dari segi pengaruh pertambangan.

Tapi menurutnya, pada tahun-tahun pertama kedua pulau, Lombok dan Sumbawa akan mengalami penurunan pertumbuhan karena proses penyesuaian.

Nur Aida menilai, Lombok dan Sumbawa memiliki keunggulan masing-masing. Lombok mengandalkan pengembangan parwisata, kemudian Sumbawa dengan sektor pertambangannya. 

Tapi melihat fakta hari ini, kedua sektor tersebut belum dikembangkan secara optimal di NTB. Sehingga belum bisa dijadikan  jaminan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi

"Saya melihat lebih banyak kerugian besar (kalau pisah) buat dua-duanya, mungkin butuh proses dan waktu yang lama untuk sampai maksimal seperti yang diharapkan," katanya. 

Menurutnya, Lombok yang diharapkan memberikan kontribusi besar lewat pengembangan pariwisata nyatanya belum memberikan kontribusi besar. 

Karena pengelolaan pariwisata di NTB belum maksimal seperti daerah lain. 

"Mungkin perlu cari sumber pendapatan dari sektor lain karena pariwisatanya belum maksimal," ujar akademiksi lulusan Australia ini.

Jika Lombok mengandalkan pariwisata, sektor ini harus terus didorong karena potensi pariwisata bisa terus ditingkatkan. 

Data menunjukkan, jumlah kunjungan wisatawan ke NTB tahun 2024 mencapai 3,6 juta. 

"Bisa ditingkatkan lewat strategi penurunan harga tiket pesawat, pengembangan destinasi pariwisata," katanya.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved