Opini

Genealogi Keterjajahan dan Kesengsaraan Sasak

Tulisan ini berdasarkan disertasi John M. MacDougall yang berjudul Buddhist Buda or Buda Buddhists?: Conversion, Religious Modernism and Conflict

|
Editor: Laelatunniam
Dok.Istimewa
PENULIS: Salman Faris. Dosen Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia dan penulis Novel "Guru Dane". 

Sasak, sebagai entitas kultural, berada di tengah pusaran ini, terjajah oleh Bali, dikendalikan oleh Belanda, dan terombang-ambing dalam upaya merebut kembali identitasnya sendiri. Genealogi keterjajahan dan kesengsaraan Sasak, sebagaimana ditelusuri dalam disertasi ini, bukanlah kisah pasif korban kolonialisme, tetapi sejarah pergulatan yang dinamis dan penuh kontradiksi, di mana kekuasaan selalu datang dengan wajah lokal (bangsawan-bangsawan Sasak boneka), dan penderitaan selalu dibungkus dalam bahasa tradisi.

Disertasi MacDougall tidak hanya membuka tabir sejarah yang tersembunyi, tetapi juga memaksa kita untuk mempertanyakan ulang tentang makna tradisi, otoritas, dan identitas dalam masyarakat pascakolonial.

Melalui penelusuran terhadap bab pertama ini, kita belajar bahwa keterjajahan bukan hanya tentang siapa yang menjajah, tetapi bagaimana penjajahan itu bekerja melalui tubuh, melalui bahasa, melalui ritual, dan melalui mimpi-mimpi yang dijadikan alat untuk mengukuhkan kekuasaan atas mereka yang dijajah.

Namun sayang, orang Sasak, dari yang paling buta huruf sampai yang paling terpelajar pun, tidak menyadari keterjajahan mereka. Bahkan sangat bangga ketika mereka berhasil menjadi serupa Bali, hampir dalam segala hal.

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

HUT ke-80 RI, Kami Belum Merdeka

 
© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved