Opini

Guru Ukit: Pelabuhan Batin Kaum Sasak Subaltern

Guru Ukit bukan hanya seorang pemimpin keagamaan, tetapi juga menjadi pusat resistensi terhadap dominasi ekonomi berbasis kapital besar.

Editor: Sirtupillaili
Dok.Istimewa
SANG GURU - Inilah sosok Guru Ukit alias TGH Abdul Mukib merupakan salah satu tokoh kontroversial di Jerowaru, Lombok Timur. 

Guru Ukit, meskipun dalam konteks yang berbeda, memainkan peran serupa. Di tengah marjinalisasi ekonomi dan sosial yang dialami masyarakat Jerowaru (Sasak), ia menjadi simbol ketahanan spiritual dan kultural yang memungkinkan pengikutnya menemukan makna dan daya tahan dalam menghadapi struktur sosial yang menempatkan mereka di posisi subordinat.

Dalam konteks masyarakat Sasak yang lebih luas, figur spiritual sering kali menjadi pusat gravitasi sosial yang menghubungkan dimensi budaya, kepercayaan, dan perlawanan terhadap struktur sosial yang menindas. Fenomena Guru Ukit mengingatkan kita bahwa dalam setiap masyarakat, dalam setiap era sejarah masyarakat Sasak, selalu ada ruang bagi tokoh-tokoh yang mampu menawarkan harapan dan makna, terutama bagi mereka yang merasa terpinggirkan dalam arus utama kehidupan.

Guru Ukit adalah fenomena budaya yang kompleks. Ia bukan hanya seorang guru spiritual, tetapi juga simbol perlawanan terhadap ketimpangan sosial dan ekonomi yang semakin tajam di Lombok. Kita dapat melihat bahwa kehadiran figur Guru Ukit di tengah masyarakat yang semakin terpojok di ruang sempit pembangunan dan kangkangan kapitalisme global, maka diskursus Guru Ukit bukan hanya tentang agama, tetapi juga tentang bagaimana masyarakat membentuk identitas, mencari keadilan, dan menemukan tempat berlabuh di tengah gelombang perubahan sosial.

Kepergian Guru Ukit pada 16 Maret 2025 bukan sekadar kehilangan seorang figur spiritual, tetapi juga menandai akhir dari sebuah era di mana ia menjadi pelabuhan bagi kaum terpinggirkan di Jerowaru khususnya dan masyarakat Sasak umumnya. Sekali lagi, seperti halnya guru spiritual yang dicatat dalam sejarah panjang penderitaan, kekalahan, keterjajahan dan kemiskinan akut masyarakat Sasak, kehadiran Guru Ukit membuktikan bahwa spiritualitas di kalangan masyarakat Sasak tidak pernah terlepas dari realitas sosial yang melingkupinya. Ia tidak hanya memberikan bimbingan rohani, tetapi juga menawarkan ruang bagi komunitasnya untuk merebut kembali martabat yang terpinggirkan oleh narasi besar pembangunan dan kemajuan yang lebih berpihak pada kelas sosial yang mapan. 

Dalam konteks tersebut, Guru Ukit bukan hanya seorang guru dalam pengertian keagamaan, tetapi juga seorang pemimpin budaya yang meninggalkan jejak dalam perjuangan panjang masyarakat Sasak melawan ketimpangan dan eksklusi sosial. 

Guru Ukit adalah Sasak itu sendiri.

Selamat jalan Sang Guru Ukit.


Malaysia, Bulan Puasa 2025.

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved