Pilkada 2024

Lalu Iqbal dan Tantangan NTB Keluar dari Jebakan Laten Provinsi Tertinggal

Lalu Muhamad Iqbal adalah sosok yang layak untuk menjadi calon pemimpin inspiratif, pendobrak, dan tidak biasa

Istimewa
Lalu Muhamad Iqbal. 

Oleh: Iyuk Wahyudi,

Pemerhati Politik Nasional dan Penggiat CSR

Sejatinya Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah propinsi yang memiliki banyak syarat untuk menjadi kawasan maju dan terdepan.

Dari segi kesediaan sumber daya alam, NTB merupakan kawasan yang kaya sumber daya alam, baik sumber daya pertanian, perkebunan, peternakan, kelautan, maupun kekayaan tambang.

NTB, khususnya di di Pulau Lombok, bahkan di masa lalu dikenal dengan sebutan Pulau Gogo Rancah, yang menggambarkannya sebagai penghasil pertanian dan palawija utama di kawasan timur.

Baca juga: Lalu Iqbal Siap Buat Kontrak Politik untuk Kesejahteraan Petani di NTB

Dari sudut pandang potensi pariwisata, NTB merupakan kepulauan yang memiliki garis pantai nan indah terpanjang dengan hamparan pasir putih dan hitamnya yang memikat turis asing dan domestik untuk melancong.

Secara kelengkapan infrastruktur wilayah, NTB juga memiliki kualitas infrastruktur yang cukup memadai, dengan dukungan jalan lintas, pelabuhan dan bandara internasional, yang memungkinkan aksesibilitas di segala lini berjalan dengan baik.

Masyarakat NTB juga dikenal dengan masyarakat religiusnya, terdapat banyak pondok pesantren, ratusan tuan guru, bahkan mendapatkan julukan Negeri Seribu Masjid, yang makin memperkuat klaim tersebut.

Di NTB juga terdapat cukup banyak kampus negeri yang menghasilkan lulusan-lulusan berkualitas dan kompeten.

Dari sederet fakta-fakta yang membawa optimisme tersebut, kita juga dihadapkan pada kenyataan bahwa hingga sekarang NTB masih saja berkutat di barisan 10 besar provinsi termiskin nasional dengan index sumber daya manusia yang juga terendah.

Baca juga: Lalu Iqbal Klaim Sudah Amankan Dukungan Parpol untuk Maju di Pilgub NTB

Hanya unggul dari wilayah tetangga NTT, dan beberapa provinsi hasil pemekaran baru.

Tentu ini menjadi pertanyaan, bagaimana hal paradoks tersebut bisa terjadi.

Pasti ada yang salah, atau setidaknya ada hal perlu dilakukan upaya perbaikan secara serius.

Hal pertama yang harus diubah atau diperbaiki adalah pola pikir mayoritas masyarakat kita.

Pola pikir yang gampang menyerah, pasrah pada keadaan. Sadar bahwa kondisi masyarakat tidak baik- baik, tapi juga tak memiliki keyakinan bahwa ada peluang menjadi lebih baik.

Halaman
123
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved