Opini

Sejarah Penjarahan 'Harta Karun' Kerajaan Lombok

Benda berharga yang memuat sejarah kejayaan Nusantara ini memang ditemukan di Cakranegara, ketika Puri Ukir Kawi dijarah dan dihancurkan oleh Belanda.

|
Editor: Sirtupillaili
Dok.LHSS/Cewin
Sejumlah benda harta karun milik kerajaan Lombok yang dijarah Belanda tersimpan ratusan tahun di Belanda. Saat ini harta kerajaan tersebut akan dikembalikan ke Indonesia. 

Raja yang terluka dikabarkan telah mengungsi ke Saksari di dekat Shindu.

Mendengar kabar ini panglima segera membagi tugas pasukan.

Kompi 4 dari Batalion 9 ditugaskan menjaga ruangan harta raja agar tidak terjadi penjarahan oleh massa, sekaligus juga mengkarungkan uang serta harta yang ditemukan.

Lebih dari 453 kg emas dan 3.173 kg perak yang dikarungkan. Dan ini hanya sebagian dari barang jarahan.

Barang-barang tersebut diangkut dengan kereta ke Ampenan dan diterima oleh sebuah komite khusus.

Sejumlah benda harta karun milik kerajaan Lombok yang dijarah Belanda tersimpan ratusan tahun di Belanda. Saat ini harta kerajaan tersebut akan dikembalikan ke Indonesia.
Sejumlah benda harta karun milik kerajaan Lombok yang dijarah Belanda tersimpan ratusan tahun di Belanda. Saat ini harta kerajaan tersebut akan dikembalikan ke Indonesia. (Dok.LHSS/Cewin)

Tentunya ini juga termasuk kitab Negarakertagama dan berbagai kekawin karya para pujangga termashur lainnya yang banyak terdapat di perpustakaan Puri.

Barang-barang jarahan ini dari Batavia segera dikirim ke Belanda. Karena jumlahnya yang begitu banyak, pengirimannya terus berlanjut.

Pada kloter terakhir 75 peti yang disegel dikirim ke Belanda dan peti terakhir tiba pada Februari 1896 dan disimpan di ruang bawah tanah Dutch Bank di Amsterdam.

Sebulan setelah itu, di markas-markas pasukan Belanda di Jawa banyak dijual eceran batu permata serta ornamen-ornamen berharga oleh tentara Belanda.

Barang-barang ini merupakan hasil jarahan mereka di Puri Mataram dan Puri Cakranegara.

Bagi pasukan Belanda dan orang awam, hanya barang-barang seperti yang telah disebut di depan yang dianggap berharga.

Namun tidak bagi Jan Laurens Andries Brandes, seorang filolog (ahli bahasa kuno) yang diikutsertakan dalam pasukan Belanda.

Bagi Brandes yang berharga adalah khasanah budaya yang tidak ternilai harganya.

Sebagai personel Bataviaasch Genootschap, Brandes dalam Perang Lombok ditugasi untuk menyelamatkan naskah-naskah kuno yang dimiliki oleh Raja Lombok.

Nota sita harta kerajaan dan pengasingan terhadap raja dan keluarga.
Nota sita harta kerajaan dan pengasingan terhadap raja dan keluarga. (Dok.LHSS/Cewin)

Pada awal Oktober 1894 Brandes telah menerima rampasan yang ia sebut geschreven oorlogsbuit (rampasan perang tertulis), yaitu buku-buku lontar yang bagi orang Eropa, tidak seorangpun menghargainya kecuali para ilmuwan.

Halaman
123
Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved