Opini
Tulisan Arab Berbahasa Jawa dalam Safinatu Al-Buligha, Uniknya Manuskrip Nusantara dari Tegalsari
Apakah manuskrip ini akan membawa kita pada penemuan-penemuan baru yang tak terduga? Ataukah akan mempertanyakan kembali pemahaman tentang sejarah?
Ditulis Oleh: Malahayati Dien dan Dr Iin Suryaningsih, S.S., M.A.
(Prodi Bahasa dan Kebudayaan Arab, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya, Universitas Al-Azhar Indonesia, DKI Jakarta)
Manuskrip naskah kuno, sebuah artefak berusia berabad-abad dengan misteri yang lama terkubur.
Tinta yang memudar dengan waktu dan halaman yang rapuh mengungkap cerita-cerita kuno yang telah hilang dalam aliran sejarah.
Dalam tanda-tanda yang samar, kode yang rumit, dan bahasa yang sudah jarang digunakan, manuskrip ini menyimpan rahasia yang menunggu untuk dipecahkan.
Para ahli berusaha keras untuk mengungkap arti dan makna di balik huruf-huruf yang tergores di atas kertas kuno itu.
Apakah manuskrip ini akan membawa kita pada penemuan-penemuan baru yang tak terduga?
Ataukah akan mempertanyakan kembali pemahaman kita tentang sejarah atau suatu keilmuan?
Salinan tulisan kuno atau teks yang ditulis tangan ini biasanya terbuat dari bahan seperti kulit hewan atau kertas yang diikat menjadi sebuah buku atau gulungan.
Manuskrip dapat berisi berbagai jenis informasi, mulai dari teks sastra, dokumen sejarah, naskah agama, hingga catatan ilmiah.
Karena usianya yang tua dan proses penyalinan yang dilakukan secara manual, manuskrip seringkali memiliki nilai sejarah dan budaya yang tinggi.
Mereka dapat menyimpan pengetahuan, cerita, dan pemikiran dari zaman lampau yang tidak dapat kita temukan di tempat lain.
Manuskrip juga merupakan saksi bisu dari perkembangan bahasa, tulisan, dan pemikiran manusia selama ribuan tahun.
Keberadaan manuskrip kuno sering kali menjadi benda yang sangat berharga bagi para peneliti dan ahli sejarah karena memberikan wawasan yang istimewa tentang masa lalu manusia.
Transisi
Pada tulisan kali ini, saya akan membahas sebuah manuskrip kuno yang ditemukan di daerah Tegalsari, Jawa Tengah.
Ditulis pada tahun 1934 oleh al-Akh al-Balaj dan disalin oleh Muhammad Muqri bin Ahmed Kafrawi bin Ishaq Al-Naqqar, manuskrip ini telah di digitalisasi pada laman website Kementerian Agama pada kategori Prosa/Nadhm dalam kumpulan teks Ilmu Balaghah dengan berbahasa dan aksara Arab.
Dengan menggunakan tinta hitam diatas kertas bergaris yg cukup tebal, manuskrip ini tampak masih bagus walaupun sudah mulai terlihat sedikit rapuh.
Manuskrip ini merupakan sebuah pedoman Ilmu Balaghah di sebuah pesantren bernama Pondok Pesantren Termas, Tegalsari, Jawa Tengah yang saya asumsikan ditulis selama pembelajaran di Pondok tersebut.
Pada manuskrip ini ditemukan sebuah terjemahan yg terdapat pada beberapa kata dalam pembahasan “Matan” di 3 halaman terakhir manuskrip ini.
Bagi yang pernah mengemban pendidikan di Pondok Pesantren, pasti tidak asing dengan istilah ‘Jenggot’, bukan? Istilah tersebut digunakan untuk pemaknaan atau terjemahan di atas, bawah, samping, atau di sekitar kata bahasa Arab dalam sebuah buku atau tulisan sebagai penjelasan makna atau arti dari suatu kata atau kalimat.
Nah menariknya, terjemahan atau ‘Jenggot’ yg tertera menggunakan bahasa Jawa dengan aksara Arab. Meskipun tulisan tidak terlalu jelas karena kualitas digital yg kurang baik dan perlu diperbarui, namun saya akan menunjukkan beberapa kalimat yg dapat diasumsikan teks bacaannya.
Adapun teks tersebut terdapat pada Matan Al-Baiquniyah pada lembar ke 3 terakhir pada manuskrip ini.
Satu baris yang saya dapat perkirakan transkripsi dan transliterasinya dalam bahasa Jawa ialah:


Informasi:
Selanjutnya, saya akan menjelaskan sekilas tentang manuskrip unik ini. Naskah ini berjudul “اﻟﺑﻠﻐﺎء ﺳﻔﯾﻧﺔ / Safinatu Al-Buligha’-” yang ditulis dengan bahasa Arab dan aksara Arab.
Penulisnya adalah al-Akh al-Balaj, dan disalin pada tahun 1934.
Berdasarkan keterangan yang tertera, naskah ini disalin dan digunakan sebagai pembelajaran Ilmu Balaghah di pesantren Termas.
Naskah ini menjelaskan tentang ilmu Balaghah yang di dalamnya juga menguraikan tentang Ilmu Badi’, Ma’ani, dan Majaz. Naskah ini berada di kompleks masjid Popongan, Klaten
Selain Safinah al-Buligha’, dalam naskah ini terdapat 3 teks lainnya, yaitu 1) Matan al-Baiquniyah dan 2) Matan Garami Sahih yang menjelaskan ilmu hadis dan ditulis dengan model “Nadham” yang mana naskah ini disalin oleh Muhammad Mukri bin Muhammad Ishaq Solo.
Ia merupakan salah satu santri di Pesantren Termas. Lalu 3) Matan al-Maqulat al-‘Asyr yang menurut keterangan dalam internal teks, teks ini ditulis oleh Syekh Ahmad Syuja’i.
Meski tidak ada keterangan yang jelas, diduga bahwa naskah ini juga disalin oleh Muhammad Muqri bin Muhammad Ishaq Solo.
Naskah ini ditulis di atas kertas bergaris dengan tinta warna hitam.
Terdiri dari 1 kuras yang di dalamnya terdiri 66 halaman, tiap halaman rata-rata terdiri dari 19 baris serta ada yang 10 dan 9 baris.
Dijilid dengan benang dengan ukuran naskah 21x17 cm sedangkan ukuran teksnya tidak beraturan dan tidak konsisten.
Ada sebagian yang memenuhi halaman, lainnya ada yang beraturan dan tidak tiap piasnya. Di dalamnya disertai penomoran halaman dengan memakai tinta merah.
Terdapat kolofon dan iluminasi atau ornamen serta gambar-gambar pada beberapa halaman. Istilah “Kolofon” berasal dari bahasa Latin: Colophon, artinya “akhir”, dan diambil dari bahasa Yunani “κολοφων” (artinya "puncak", "bagian atas", atau "penyelesaian").
Biasanya kolofon ditulis dalam sebuah kolom berbentuk segitiga terbalik berisikan nama penulis, tempat, tahun dan informasi lainnya.
Tidak ditemukan watermark atau tanda air pada naskah tersebut. Namun naskah ini terbilang cukup lengkap karena mulai dari fisik hingga isinya masih terjaga dengan baik.
Isi tulisan dan cara penulisannya juga sangat baik dan tersusun cukup rapi meskipun baris tiap halaman tidak konsisten, tiap bab pembahasan diberi pemisah dengan judul yg jelas, serta dilengkapi dengan keterangan penulis, tanggal dan tahun penulisan, catatan kaki, daftar isi, lokasi dan kolom tanggal di akhir halaman.

Adapun terjemahan latin dan Indonesia pada teks diatas ialah:
1. اﻟﻛﺗﺎب ﻓﺎﺗﺣﺔ (iluminate/ornamen) / hal.2
Faatihatu al-Kitab : Pembukaan Buku (Pendahuluan)
ﺑﺳم ﷲ اﻟﻔﺗﺎح اﻟﮭﺎﯾﺗﻲ إﻟﻰ ﺳﺑل اﻟﻧﺟﺎح 2.
Bismillahi al-fattah al-haitiy ila subuli an-najaah : Dengan Nama Allah, (semoga) tulisan pembuka ini menuju jalan kesuksesan
اﻟﺣﻣد اﻟذي ﺑﻠﻎ ﺑﺎﻹﻧﺳﺎن ﺣد أﻓﺿﻠﮫ * و اﻟﺻﻼة و اﻟﺳﻼم ﻋﻠﻰ ﻛل ﻧﺑﻲ واﻟﯾﮫ 3.
Alhamdulillah alladzi balagha bil insan hadd afdholihi * wa sholatu wa as-salaam ‘ala kulli nabiyi wa aalihi : Segala puji bagi Allah, yang telah
menciptakan manusia dengan sebaik-baiknya * Shalawat dan salam atas semua nabi dan keturunannya ..
أﻣﺎ ﺑﻌد. ﻓﻣن ﻓﺗﺢ أب اﻟﻘراءة و ﺧﺎض ﺑﺣر اﻵداب ﺑﺳﻔﯾﻧﺔ اﻟﻧﺟﺎه 4.
amma ba’d. faman futiha abul-qiroah wa khadh bahr al-adab bisafinati
an-najahi : .. serta (umat) selanjutnya. Dan Siapa pun yang membuka pintu dengan membaca dan mengarungi lautan sastra dengan kapal kesuksesan
ﻏﻠب إﻟﻰ أن أﻓﯾق إﻟﻰ ﻣﺻﻧﻔﺎت ﻛﺗﺎب ﻓﻲ ﺑﻼﻏﺔ ﺑﻐﻧﯾﺔ ﻋﺎﺳواه 5.
ghaliba ila an afiiq ila mushonafat kitaaban fii balahghoti bighoniyati
‘aswahuhu : (dia akan) menang sampai terbangun dengan kompilasi buku dalam kefasihan kekayaan jiwanya,
ﻣن ﻛﺗب وﺿﻌﮭﺎ اﻟﻘوم ، ﻓﻲ أﯾﺎم طﻼﺑﮭﺎ ﻏﯾر طﻼب اﻟﯾوم . ﻓﺈﺑن ﺑﮭذه اﻟﺧﻼﺻﺔ 6.
min kutubin wadhi’ha alqoum, fi ayam thulabiha ghairu thulaab al-yaum. fa’ibn bihadzhihi al-khulashah.. : Barangsiapa menulis kitab yang ditulis oleh orang-orang pada zaman santrinya selain santri zaman sekarang, maka ringkasan (catatan ini)
ﻣﻧطوﯾﮫ ﻋﻠﻰ أﺻول اﻟﺑﻼﻏﺔ و اﻣﺗﮭﺎن ﻗواﻋدھﺎ. و ﺗرﻛت ﻣﺎ ﻻ ﺗﻣس اﻟﺑﻼﻏﺔ 7.
manwiyatu ala ushuli al-balaghah wa imtihan qawa’iduha. wa tarokat ma la tams al-balaghah : melibatkan dasar asal-usul retorika tanpa mengabaikan aturannya. Dan meninggalkan apa yang tidak mempengaruhi retorika ..
اﻟﺗﻼﻣﯾذ ﻣن زواﯾزھﺎ و ﺷواردھﺎ ﺣرﺻﺎ ﻋﻠﻰ و ﻓﻧﮭم اﻟﻧﻔﯾس و وﻗوﻓﺎ ﺑﮭم 8.
at-talamidz min zawaiziha wa ayauroddiha harshan ala wafnihim an-nafs wa waqofan bihim. : pada siswa karena kepedulian terhadap seni para siswa yang berharga. Maka berdirilah bersama mereka ..
ﻋﻧد اﻟﺣﻣد اﻟﻣطﻠوب ﻓﻲ اﻟﺗدرﯾس و ﷲ اﻟﻣوﻓق اﻟﺻواب وﻣﻧﮫ اﻟﻣﺑدا و إﻟﯾﮫ اﻟﻣﺂب 9.
‘inda alhamdu almatlub fii at-tadris wa Allahu al-maufiq wa minhu al-munada wa ilaihi al-maab : dengan pujian yg dibutuhkan dalam pengajaran, dan
Tuhan adalah pendamai dari jalan yang benar, dan dari-Nya-lah prinsip untuk kehidupan.
Pada naskah tersebut juga terdapat Kolofon, berikut isi kolofon yang terdapat pada manuskrip tersebut:

Penutup
Manuskrip naskah kuno menghadirkan sebuah jendela menuju masa lalu yang sudah terkubur dalam debu zaman.
Dalam tulisan-tulisan yang lelah dan halaman-halaman yang rapuh, kita menemukan cerita-cerita yang terlupakan, pemikiran-pemikiran yang lama hilang, dan pengetahuan yang tak tergantikan.
Melalui upaya penelitian yang gigih, manuskrip-manuskrip ini kembali berbicara, mengungkapkan warisan budaya dan intelektual yang berharga.
Mereka mengajak kita untuk menyelami sejarah, memahami asal-usul kita, dan merenungkan makna kehidupan.
Dengan adanya manuskrip naskah kuno, warisan kita yang lama terlupakan terjaga, memberikan cahaya pencerahan bagi generasi yang akan datang.
(*)
Tantangan Utama Gubernur Iqbal dari Bangsa Sasak Sendiri |
![]() |
---|
Masnun Tahir: Antara UIN Mataram dan NU NTB |
![]() |
---|
Merawat Kebersamaan Tanpa Unjuk Rasa, MotoGP Wajah Indonesia dari NTB untuk Dunia |
![]() |
---|
Hultah NWDI: Warisan Spiritualitas dan Kebersamaan |
![]() |
---|
Refleksi Pelantikan PW NU NTB: Mengikat Ukhuwah, Menata Masa Depan |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.