Menkes Budi Gunadi Sadikin Sederhanakan Makna Stunting sebagai Bodoh

Menkes Budi lebih memilih menggunakan pemaknaan yang lebih mudah dicerna untuk menjelaskan stunting

BIRO PERS SEKRETARIAT PRESIDEN
Menkes Budi Gunadi Sadikin. Menkes Budi lebih memilih menggunakan pemaknaan yang lebih mudah dicerna untuk menjelaskan stunting. 

TRIBUNLOMBOK.COM, JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memiliki terminologi sendiri untuk menjelaskan stunting.

Stunting selama ini didentifikasi sebagai ukuran tinggi badan per usia di bawah standar deviasi.

Namun, Budi lebih memilih menggunakan pemaknaan yang lebih mudah dicerna untuk menjelaskan stunting.

"Bahasa gampangnya apa? anak stunting itu bodoh, Pak. Jadi saya pakai itu saja," ucap Budi dalam Rakernas BKKBN, di Jakarta, Rabu (25/1/2023).

Makna itu dia sadur setelah bertanya ke berbagai ahli mengenai stunting.

Menkes Budi tidak memiliki latar belakang medis sehingga memilih bertanya kepada yang ahli.

Baca juga: Dinkes Lombok Timur Ungkap Kekeliruan Masyarakat Hingga Pemerintah Terhadap Stunting

"Saya tanya ke ahli-ahlinya, stunting itu ukuran tinggi badan per usia. Kalua di bawah minus standar deviasi itu namanya stunting. Susah sekali," urainya.

Berdasarkan hal itu, Budi yakin tidak ada satu ibu di Indonesia yang ingin anaknya bodoh.

"Kalau suaminya bodoh enggak apa-apa, tapi jangan anaknya," kata Budi.

Prevalensi Stunting

Budi mengungkap angka prevalensi stunting di Indonesia pada 2022.

"Ingin saya laporkan hasil SGGI 2022 itu turun dari tahun lalu 24,4 persen turun 2,8 persen jadi 21,6 persen," kata dia.

Baca juga: PKH di Lombok Timur Bantu Tekan Angka Stunting dan Kemiskinan

Penurunan persentase tersebut, diakui Budi, masih belum memenuhi target Presiden Jokowi sebesar 3 persen per tahunnya.

"Tapi terima kasih ke gubernur, bupati, wali kota karena ini terjadi masa pandemi, bukan masa biasa," kata Budi

Budi berharap seiring dicabutnya status PPKM dan meredanya kasus Covid-19 di Indonesia, target tersebut bisa tercapai.

Di balik angka penurunan tersebut, Budi memaparkan ada tiga provinsi yang prevalensinya turun drastis.

Yakni yang sampai menyentuh angka 5 persen, yakni Sumatera Selatan, Kalimantan Utara, dan Riau.

"Saya laporkan juga ada dua provinsi besar yang turunnya kepala 3, yaitu Jawa Barat dan Jawa Timur," pungkasnya.

PR Besar Stunting

Presiden Joko Widodo menegaskan, Sumber Daya Manusia (SDM) unggul menjadi kunci daya saing suatu bangsa, sementara stunting menjadi penghambatnya.

"Stunting di negara kita jadi PR yang sangat besar yang harus segera diselesaikan. Saya masuk di 2014 angkanya di 37 persen. Saya kaget," ujar Jokowi di pembukaan Rakernas BKKBN, Jakarta Timur, Rabu (25/1/2023).

Jokowi mengatakan angka stunting tahun 2022 mencapai 21,6 persen.

Angka tersebut turun dan menurutnya merupakan hasil kerja keras semua pihak.

"Dampak stunting ini bukan hanya urusan tinggi badan tetapi yang paling berbahaya adalah rendahnya kemampuan anak untuk belajar, keterbelakangan mental, dan munculnya penyakit-penyakit kronis yang gampang masuk ke tubuh anak," kata Jokowi.

Jokowi mengingatkan agar target 14 persen prevalensi stunting pada 2024 harus dicapai.

"Saya yakin dengan kekuatan kita bersama semuanya bergerak, angka itu bukan angka yang sulit untuk dicapai asal semuanya bekerja bersama-sama, karena kita kalau di ASEAN masih di tengah-tengah. Ini nanti kalau sudah masuk ke 14 persen baru kita berada di bawahnya Singapura sedikit," pungkasnya.

(Tribunnews.com)

Artikel ini telah tayang di Tribunnews.com dengan judul Jokowi Kaget Diberi Tahu Angka Stunting Tahun 2014 Mencapai 37 Persen dan Menkes Budi Gunadi Pilih Artikan Stunting Itu Bodoh, Ini Kisah di Baliknya

Sumber: Tribunnews
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved