Laporan Khusus
Kopi NTB Terpinggirkan di Kampung Sendiri
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki potensi besar untuk mengembangkan komoditas kopi. Sayangnya, kopi-kopi asal NTB masaih kalah bersaing.
Saat dia mencari di google, hanya muncul tiga kopi ternama dan kopi NTB tidak termasuk.
Masalah lainnya yakni volume kopi NTB belum bisa memenuhi permintaan pasar.
“Jangan jauh-jauh, ke angkringan sekitar Mataram saja, sangat sulit mencari kopi asal NTB-nya,” ucapnya.
Kopi NTB masih sangat langka, akibat pembudidayaan yang memang masih belum terkonsentrasi.
“Petaninya sedikit, lahannya sedikit, penananmannya sedikit, akibatnya kopi NTB jadi langka,” tambahnya.
Minimnya pembudidaya kopi NTB disebabkan beberapa hal, antara lain kurangnya pemberdayaan petani.
"Kurang edukasi. Semua petani menamam jagung dan lainnya, alat (kopi) juga kurang, belum lagi cara panennya yang masih salah,” katanya.
Berbagai permasalahan tersebut wajib diatasi jika ingin kopi NTB benar-benar menjadi tuan rumah di daerah sendiri.

Kepala Dinas Perdagangan NTB H Fathurrahman tidak membantah jika masih banyak tantangan untuk mendongkrak nama kopi NTB.
Menurutnya, tantangan lainnya adalah minimnya pengusaha atau penjamin komoditas hasil hutan lokal di NTB untuk sejumlah komoditi, salah satunya kopi.
"Tantangan kedua soal pemodalan," katanya.

Solusi Bagi Kopi NTB
Menurut Sekretaris ASKI NTB Huzaeni Areka, dibutuhkan perhatian serius dari gubernur NTB melalui dinas-dinas terkait.
Khusus database kopi, Areka meminta langkah nyata dari gubernur NTB.
“Masalahnya ya satu, database. Kita minta ke Pak Gubernur (Zulkifliemansyah) untuk lebih serius terkait kopi NTB, karena kuncinya ada di dia,” ucapnya.
Ia berharap, kopi NTB tercatat di database secara online sehingga konsumen lokal, nasional maupun internasional membeli kopi NTB dengan mudah.
Di luar itu, lima dinas di NTB, menurutnya harus berkerja lebih serius untuk mengoptimalkan potensi kopi.
“Dinas Pertanian, Industri, Perdagangan, Lingkungan Hidup dan Pariwisata. Kalau lima-limanya jalan untuk mengatasi kopi, pasti akan sangat terasa,” tekannya.
Baca juga: Kopi Rinbo, Paduan Cita Rasa Gunung Rinjani dan Gunung Tambora
Baca juga: Sejarah Kopi Arabica Sembalun, Tumbuh Sejak Zaman Kolonial
Terkait Dinas Pertanian Provinsi NTB, Areka meminta mereka mengedukasi para petani kopi.
Edukasi yang dibutuhkan berupa cara menanam dan cara panen agar menghasilkan biji kopi NTB berkualitas.
Dinas Industri Provinsi NTB diminta membantu fasilitas petanian yang layak bagi petani kopi.
“Tidak ada alatnya mas, kalau pun ada itu hanya sederhana, tidak baik untuk biji kopi, karena khasiatnya bisa hilang, apa lagi saat dijemur dengan alat sembarangan,” bebernya.

Kemudian Dinas Perdagangan NTB, mereka harus memberi program Nomor Induk Berusaha (NIB) bagi pengusaha kopi.
Serta, membukakan jalan sebesar-besarnya untuk memasarkan kopi bagi pengusaha kopi.
“Kalau ada kopi saja dan tidak tahu mau dijual kemana kan bingung,” kata Areka.
Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB bisa ikut turun tangan mengatasi permasalahan lahan kopi NTB yang masih terbatas.
“Dinas Lingkungan Hidup Provinsi NTB harus siap membuka lahan seluas-luasnya bagi petani kopi di NTB, agar mampu menjawab kebutuhan pasar yang tinggi,” tekannya.
Menurut Areka, banyak lahan pemerintah yang menganggur.
Bagi Areka alangkah baiknya menggunakan lahan menganggur milik pemerintah sebagai tempat menanam kopi.
Dinas Pariwisata Provinsi NTB, Areka meminta dinas ini mengedukasi petani dan pengusaha kopi NTB dengan pemasaran yang kreatif.
“Untuk petani, mungkin bisa dijadikan wisata kopi di lahan kopi mereka, agar tidak melulu kopi saja," katanya.
"Untuk pengusaha kopi, mampu dibantu untuk mengemas kopi sedemikian rupa demi program ekonomi kreatif yang digaungkan Pak Mentri (Sandiaga Salahuddin Uno),” ungkapnya.
Areka yakin kopi NTB memiliki potensi yang sangat besar. Tetapi tantangannya juga cukup besar. Semua itu harus diatasi bersama.
Baca juga: Sandiaga Uno Ngevlog Bareng Bupati Lombok Barat, Naik Jeep hingga Nikmati Cita Rasa Kopi Aik Nyet
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB H Fahul Gani mengatakan, pihaknya telah menyiapakan sejumlah formula untuk mengurai persoalan petani kopi.
Antara lain, melakukan program rehabilitasi melalui peremajaan tanaman kopi untuk peningkatan produktivitas dan pendapatan petani kopi.
Melakukan intensifikasi tanaman kopi dengan memberikan sarana produksi.
“Kita juga melakukan perluasan tanaman kopi, melakukan pengendalian OPT, serta memberikan bantuan alat pengolahan pra dan pascapanen kopi,” imbuhnya.
Walau demikian, dia mengakui upaya itu belum cukup untuk mengoptimalkan potesi kopi NTB.
(*)