Laporan Khusus
Kopi NTB Terpinggirkan di Kampung Sendiri
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki potensi besar untuk mengembangkan komoditas kopi. Sayangnya, kopi-kopi asal NTB masaih kalah bersaing.
Ketiga, mutu kopi yang dihasilkan masih rendah dan tidak merata.
Petani kopi di NTB kadang kesulitan memenuhi permintaan pasar, baik dari segi standar kualitas maupun kuantitas.
Jadi masalah SDM, kurangnya modal, hingga kualitas kopi menjadi tantangan utama pengembangan kopi NTB.

Abdul Rozak, petani sekaligus pengusaha kopi di Sembalun, Lombok Timur mengakui, permintaan kopi tidak pernah sepi, bahkan di masa pandemi Covid-19.
Rozak mengakui permintaan akan kopi tidak sebanding dengan stok kopi yang tersedia di Sembalun.
Daerah Sembalun merupakan salah satu penghasil kopi jenis arabika terbaik di NTB.
Kebun kopi petani di Sembalun berada di ketinggian 1.300 sampai 1.600 meter di atas permukaan laut.
Sayangnya, konsistensi produksi dan menjaga kualitas biji kopi jadi tantangan tersendiri bagi petani di sini.
Yogi (31), ketua Kelompok Tani Lereng Rinjani mengakui, di Sembalun ada puluhan petani kopi, jumlah mereka terus berkembang.
"Namun yang menjadi masalah kami adalah ketersediaan lahan yang ada, dan jumlah produksi perbulannya," katanya pada TribunLombok.com.

Kelompoknya memiliki ribuan bibit kopi yang ditanam pada lahan seluas 15 hektare.
Para petani kopi di Sembalun dikenal sebagai penghasil kopi arabika terbaik di Lombok.
Kualitas kopi Sembalun sudah diakui banyak kalangan.
"Di sini kami ada arabika dengan varian Typica, varian ini diakui dengan cita rasa khasnya oleh para pecinta kopi," ucapnya.
Yogi menyebut, Arabica Typica merupakan kopi tertua di Sembalun.