Laporan Khusus

Kopi NTB Terpinggirkan di Kampung Sendiri

Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) memiliki potensi besar untuk mengembangkan komoditas kopi. Sayangnya, kopi-kopi asal NTB masaih kalah bersaing.

Editor: Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM/REZA EKA ADI NUGRAHA
Kopi NTB belum menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Meski memiliki potensi, namun 'emas hitam' ini belum mampu dioptimalkan untuk meningkatkan perekonomian warga NTB. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Lalu Helmi, Wawan Sugandika, Jimmy Sucipto dan Robbyan Abel Ramdhon

TRIBUNLOMBOK.COM - Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu daerah penghasil kopi Indonesia. Namun, Kopi NTB terpinggirkan di kampung sendiri.

Di dalam negeri, Kopi NTB tidak terkenal. Kalah bersaing dengan kopi dari daerah lain.

Saban tahun, tidak kurang dari 6 ribu ton Kopi NTB diproduksi petani di Pulau Lombok dan Sumbawa.

Selain untuk memenuhi pasar lokal, Kopi NTB juga banyak diekspor ke beberapa negara di dunia.

Hong Kong, Singapura, Korea Selatan, hingga Kanada jadi tujuan ekspor Kopi NTB dengan nilai tinggi.

Dengan potensi area tanam tak kurang dari 13.784,77 hektare (Lombok-Sumbawa), ditambah dataran tinggi kawasan pegunungan Rinjani dan Tambora, sudah sewajarnya NTB menghasilkan kopi berkualitas tinggi.

Sayangnya, di negeri sendiri, Kopi NTB belum terlalu diperhitungkan sebagai penghasil kopi.

Bahkan Kopi NTB tidak masuk dalam peta kopi nasional.

Baca juga: Kualitas Tidak Kalah Saing Tapi Kopi NTB Tidak Masuk Peta Kopi Nasional, Mengapa?

Walau banyak pihak yakin akan potensi Kopi NTB, bahkan dijuluki emas hitam, kenyataanya Kopi NTB belum terlalu diperhitungkan.

Kafe-kafe di NTB sendiri lebih banyak menggunakan kopi dari luar NTB dibandingkan biji kopi lokal.

Tidak meratanya kualitas kopi hingga konsistensi produksi menjadi salah satu penyebabnya.

Di tingkat petani, setidaknya tiga persoalan utama yang menjadi tantangan pengembangan kopi NTB.

Pertama, lemahnya kemampuan sumber daya manusia (SDM) petani, khususnya terkait bagaimana teknik budi daya kopi yang baik.

Kedua, lemahnya permodalan yang dimiliki kelompok tani dan anggotanya. Sehingga petani sulit meningkatkan kuantintas dan kualitas produksi kopi.

Ketiga, mutu kopi yang dihasilkan masih rendah dan tidak merata.

Petani kopi di NTB kadang kesulitan memenuhi permintaan pasar, baik dari segi standar kualitas maupun kuantitas.

Jadi masalah SDM, kurangnya modal, hingga kualitas kopi menjadi tantangan utama pengembangan kopi NTB.

Grafik tren produksi kopi NTB dalam beberapa tahun terakhir. Data bersumber dari Kementerian Pertanian RI.
Grafik tren produksi kopi NTB dalam beberapa tahun terakhir. Data bersumber dari Kementerian Pertanian RI. (TRIBUNLOMBOK.COM/REZA EKA ADI NUGRAHA)

Abdul Rozak, petani sekaligus pengusaha kopi di Sembalun, Lombok Timur mengakui, permintaan kopi tidak pernah sepi, bahkan di masa pandemi Covid-19.

Rozak mengakui permintaan akan kopi tidak sebanding dengan stok kopi yang tersedia di Sembalun.

Daerah Sembalun merupakan salah satu penghasil kopi jenis arabika terbaik di NTB.

Kebun kopi petani di Sembalun berada di ketinggian 1.300 sampai 1.600 meter di atas permukaan laut.

Sayangnya, konsistensi produksi dan menjaga kualitas biji kopi jadi tantangan tersendiri bagi petani di sini.

Yogi (31), ketua Kelompok Tani Lereng Rinjani mengakui, di Sembalun ada puluhan petani kopi, jumlah mereka terus berkembang.

"Namun yang menjadi masalah kami adalah ketersediaan lahan yang ada, dan jumlah produksi perbulannya," katanya pada TribunLombok.com.

Armasih, petani bersama wisatawan mancanegara menunjukkan kopi arabika varian typica di Sembalun. Kopi sembalun merupakan salah satu kopi NTB paling bagus.
Armasih, petani bersama wisatawan mancanegara menunjukkan kopi arabika varian typica di Sembalun. Kopi sembalun merupakan salah satu kopi NTB paling bagus. (Dok.Armasih )

Kelompoknya memiliki ribuan bibit kopi yang ditanam pada lahan seluas 15 hektare.

Para petani kopi di Sembalun dikenal sebagai penghasil kopi arabika terbaik di Lombok.

Kualitas kopi Sembalun sudah diakui banyak kalangan.

"Di sini kami ada arabika dengan varian Typica, varian ini diakui dengan cita rasa khasnya oleh para pecinta kopi," ucapnya.

Yogi menyebut, Arabica Typica merupakan kopi tertua di Sembalun.

"Kalau kita ke Bukit Dandaun Sembalun, kita akan temukan pohon kopi besar yang dipercaya hidup ratusan tahun silam," ujarnya.

Yogi mengakui, para petani kopi di Sembalun masih membutuhkan bantuan untuk menjaga konsistensi produksi dan kualitas.

Mereka mengharapkan bantuan pemerintah untuk peremajaan kebun.

Juga masih diperlukan pelatihan dan pendampingan bagi para petani.

Pendampingan dalam jangka panjang sangat penting untuk mengubahan pola pikir dan kebiasaan petani.

Baik pendampingan dalam pengolahan pascapanen, mempermudah akses pasar kopi, termasuk membantu petani kopi untuk menciptakan pasar baru.

Para petani kopi Tambora menjemur biji kopi yang mereka petik di kawasan Tambora. Kopi Tambora merupakan salah satu kopi NTB yang berkualitas.
Para petani kopi Tambora menjemur biji kopi yang mereka petik di kawasan Tambora. Kopi Tambora merupakan salah satu kopi NTB yang berkualitas. (Dok.Petani Kopi)

Tak Masuk Peta Kopi Nasional?

Sekretaris Asosiasi Kopi Indonesia (ASKI) NTB Huzaeni Areka mengakui, kopi NTB masih kurang dikenal di dalam negeri maupun luar negeri.

Areka memiliki pengalaman kurang menyenangkan saat mengikuti pameran Kopi Culture di Jakarta beberapa waktu lalu.

Banyak orang luar NTB kaget dan baru tahu ada kopi Lombok, Sumbawa maupun Bima.

“Loh? Ada kopi asal NTB ternyata, saya baru tahu,” ucap Areka mengikuti ucapan pegiat kopi di Kopi Culture Jakarta.

Hingga Areka bingung, sekelas pegiat kopi saja tidak mengetahui kopi asal NTB.

“Pegiat kopi saja tidak tahu, apa lagi orang awam,” tuturnya.

Empat varian Kopi Rinbo, yang dipamerkan Huzaeni Areka, di angkringan De_Ngopi, Ampenan, Mataram, Sabtu (2/7/2022). Areka mengembangkan kopi NTB agar bisa bersaing.
Empat varian Kopi Rinbo, yang dipamerkan Huzaeni Areka, di angkringan De_Ngopi, Ampenan, Mataram, Sabtu (2/7/2022). Areka mengembangkan kopi NTB agar bisa bersaing. (TRIBUNLOMBOK.COM/Jimmy Sucipto)

Salah satu penyebab kopi NTB tidak dikenal, kata Areka, karena kopi NTB tidak masuk database kopi.

“Sekarang sudah jamannya medsos, kopi NTB tidak tercantum dalam database,” bebernya.

Saat dia mencari di google, hanya muncul tiga kopi ternama dan kopi NTB tidak termasuk.

Masalah lainnya yakni volume kopi NTB belum bisa memenuhi permintaan pasar.

“Jangan jauh-jauh, ke angkringan sekitar Mataram saja, sangat sulit mencari kopi asal NTB-nya,” ucapnya.

Kopi NTB masih sangat langka, akibat pembudidayaan yang memang masih belum terkonsentrasi.

“Petaninya sedikit, lahannya sedikit, penananmannya sedikit, akibatnya kopi NTB jadi langka,” tambahnya.

Minimnya pembudidaya kopi NTB disebabkan beberapa hal, antara lain kurangnya pemberdayaan petani.

"Kurang edukasi. Semua petani menamam jagung dan lainnya, alat (kopi) juga kurang, belum lagi cara panennya yang masih salah,” katanya.

Berbagai permasalahan tersebut wajib diatasi jika ingin kopi NTB benar-benar menjadi tuan rumah di daerah sendiri.

Anggota kelompok tani kopi Lereng Rinjani, di kawasan Sembalun, Lombok Timur. Daerah ini merupakan salah satu penghasil kopi NTB terbaik.
Anggota kelompok tani kopi Lereng Rinjani, di kawasan Sembalun, Lombok Timur. Daerah ini merupakan salah satu penghasil kopi NTB terbaik. (Ahmad Wawan Sugandika/TribunLombok.com)

Kepala Dinas Perdagangan NTB H Fathurrahman tidak membantah jika masih banyak tantangan untuk mendongkrak nama kopi NTB.

Menurutnya, tantangan lainnya adalah minimnya pengusaha atau penjamin komoditas hasil hutan lokal di NTB untuk sejumlah komoditi, salah satunya kopi.

"Tantangan kedua soal pemodalan," katanya.

Sebaran daerah penghasil kopi NTB jenis robusta di Lombok dan Sumbawa. Sumber data Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB.
Sebaran daerah penghasil kopi NTB jenis robusta di Lombok dan Sumbawa. Sumber data Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB. (TRIBUNLOMBOK.COM/REZA EKA ADI NUGRAHA)

Solusi Bagi Kopi NTB

Menurut Sekretaris ASKI NTB Huzaeni Areka, dibutuhkan perhatian serius dari gubernur NTB melalui dinas-dinas terkait.

Khusus database kopi, Areka meminta langkah nyata dari gubernur NTB.

“Masalahnya ya satu, database. Kita minta ke Pak Gubernur (Zulkifliemansyah) untuk lebih serius terkait kopi NTB, karena kuncinya ada di dia,” ucapnya.

Ia berharap, kopi NTB tercatat di database secara online sehingga konsumen lokal, nasional maupun internasional membeli kopi NTB dengan mudah.

Di luar itu, lima dinas di NTB, menurutnya harus berkerja lebih serius untuk mengoptimalkan potensi kopi.

“Dinas Pertanian, Industri, Perdagangan, Lingkungan Hidup dan Pariwisata. Kalau lima-limanya jalan untuk mengatasi kopi, pasti akan sangat terasa,” tekannya.

Baca juga: Kopi Rinbo, Paduan Cita Rasa Gunung Rinjani dan Gunung Tambora

Baca juga: Sejarah Kopi Arabica Sembalun, Tumbuh Sejak Zaman Kolonial

Terkait Dinas Pertanian Provinsi NTB, Areka meminta mereka mengedukasi para petani kopi.

Edukasi yang dibutuhkan berupa cara menanam dan cara panen agar menghasilkan biji kopi NTB berkualitas.

Dinas Industri Provinsi NTB diminta membantu fasilitas petanian yang layak bagi petani kopi.

“Tidak ada alatnya mas, kalau pun ada itu hanya sederhana, tidak baik untuk biji kopi, karena khasiatnya bisa hilang, apa lagi saat dijemur dengan alat sembarangan,” bebernya.

Sebaran daerah penghasil kopi NTB jenis arabika di Lombok dan Sumbawa. Sumber data dari Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB.
Sebaran daerah penghasil kopi NTB jenis arabika di Lombok dan Sumbawa. Sumber data dari Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB. (TRIBUNLOMBOK.COM/REZA EKA ADI NUGRAHA)

Kemudian Dinas Perdagangan NTB, mereka harus memberi program Nomor Induk Berusaha (NIB) bagi pengusaha kopi.

Serta, membukakan jalan sebesar-besarnya untuk memasarkan kopi bagi pengusaha kopi.

“Kalau ada kopi saja dan tidak tahu mau dijual kemana kan bingung,” kata Areka.

Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan NTB bisa ikut turun tangan mengatasi permasalahan lahan kopi NTB yang masih terbatas.

“Dinas Lingkungan Hidup Provinsi NTB harus siap membuka lahan seluas-luasnya bagi petani kopi di NTB, agar mampu menjawab kebutuhan pasar yang tinggi,” tekannya.

Menurut Areka, banyak lahan pemerintah yang menganggur.

Bagi Areka alangkah baiknya menggunakan lahan menganggur milik pemerintah sebagai tempat menanam kopi.

Dinas Pariwisata Provinsi NTB, Areka meminta dinas ini mengedukasi petani dan pengusaha kopi NTB dengan pemasaran yang kreatif.

“Untuk petani, mungkin bisa dijadikan wisata kopi di lahan kopi mereka, agar tidak melulu kopi saja," katanya.

"Untuk pengusaha kopi, mampu dibantu untuk mengemas kopi sedemikian rupa demi program ekonomi kreatif yang digaungkan Pak Mentri (Sandiaga Salahuddin Uno),” ungkapnya.

Areka yakin kopi NTB memiliki potensi yang sangat besar. Tetapi tantangannya juga cukup besar. Semua itu harus diatasi bersama.

Baca juga: Sandiaga Uno Ngevlog Bareng Bupati Lombok Barat, Naik Jeep hingga Nikmati Cita Rasa Kopi Aik Nyet

Terpisah, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan NTB H Fahul Gani mengatakan, pihaknya telah menyiapakan sejumlah formula untuk mengurai persoalan petani kopi.

Antara lain, melakukan program rehabilitasi melalui peremajaan tanaman kopi untuk peningkatan produktivitas dan pendapatan petani kopi.

Melakukan intensifikasi tanaman kopi dengan memberikan sarana produksi.

“Kita juga melakukan perluasan tanaman kopi, melakukan pengendalian OPT, serta memberikan bantuan alat pengolahan pra dan pascapanen kopi,” imbuhnya.

Walau demikian, dia mengakui upaya itu belum cukup untuk mengoptimalkan potesi kopi NTB.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved