Liputan Khusus

Para Penjaga Wahyu dari Pulau Seribu Masjid

Banyak  hafiz mulai diajakan menghafal sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD). Sampai kelas 6 SD mereka ditargetkan bisa menghafal 6 juz Alquran.

Penulis: Sirtupillaili | Editor: Dion DB Putra
TRIBUNLOMBOK.COM/DZUL FIKRI
Para santri Yayasan Tahfizh Darusshomad, Pondok Pesantren Baitul Qurro’ Wal Huffazh Lombok Timur melakukan murojaah atau mengulang hafalan Alquran di masjid ponpes, Selasa (19/4/2022). 

Disamping itu, banyak pula hafiz-hafiz dari Lombok yang diminta secara khusus menjadi imam di luar negeri.

Ketua LPTQ NTB H Amirin mengatakan, LPTQ banyak menerima permintaan untuk mengirim para hafiz ke luar negeri.

"Untuk mengisi imam masjid di Timur Tengah maupun di Malaysia, dan juga Brunei Darussalam," katanya.

Banyak hafiz asal Lombok yang telah memenuhi syarat kemudian dikirim ke negara-negara tersebut.

Sebut misalnya hafiz H Siswadi dari Kota Mataram sudah tiga tahun terakhir menjadi imam di Qatar.

"Tiga tahun di Qatar diperpanjang lagi, sampai sekarang ini masih jadi imam di Qatar," ujar Amirin.

Hafiz lainnya sama-sama memiliki nama H Siswadi asal Lombok Tengah. Dia saat ini menjadi imam di Masjid Kuala Lumpur, Malaysia.

Itu hanya sebagian hafiz dan qori' asal NTB yang mendunia.

H Amirin yakin masih banyak hafiz dan qori' asal NTB yang dijadikan imam masjid di luar negeri, termasuk ke negara-negara Arab.

Jumlah hafiz dan hafizah di Lombok bisa mencapai ratusan, bahkan ribuan setiap tahun.

Para penjaga wahyu Allah SWT ini dididik di pondok-pondok pesantren di Pulau Lombok.

Mereka disiapkan menjadi penghafal dan menyebarkan ajaran Alquran.

Satu pondok pesantren bisa mendidik ratusan hafiz dan hafizah.

Bahkan Ponpes Al Aziziyah di Kapek, Gunungsari, Lombok Barat memiliki 3.000 santri yang disiapkan menjadi hafiz.

Santrinya tidak hanya dari NTB, tapi juga dari luar negeri datang belajar ke Al-Aziziyah. Seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.

"Ini belum termasuk ponpes-ponpes lain yang memiliki program hafiz Alquran," katanya.

Para santri Yayasan Tahfizh Darusshomad, Pondok Pesantren Baitul Qurro’ Wal Huffazh Lombok Timur, melakukan murojaah atau mengulang hafalan Alquran, di masjid ponpes, Sealsa (19/4/2022).
Para santri Yayasan Tahfizh Darusshomad, Pondok Pesantren Baitul Qurro’ Wal Huffazh Lombok Timur, melakukan murojaah atau mengulang hafalan Alquran, di masjid ponpes, Sealsa (19/4/2022). (TRIBUNLOMBOK.COM/DZUL FIKRI)

Ponpes Al Aziziyah juga mengirim para hafiz sebagai imam tarawih ke Malaysia dan Brunei Darussalam.

Selama satu bulan penuh mereka menjadi imam di sana.

"Karena itu permintaan dari negara tetangga kita," katanya.

LPTQ NTB belum memiliki data pasti berapa jumlah ponpes yang mendidik hafiz. Namun trennya terus bertambah.

Kini semakin banyak ponpes punya kegiatan ekstra kulikuler hafiz Alquran.

Tidak heran, setiap tahun ponpes-ponpes di pulau seribu masjid melahirkan banyak penghafal Alquran.

Bukan hanya dari sisi jumlah, hafiz maupun qori' ini juga mampu berbicara di tingkat nasional dan internasional.

Meski demikian, keberadaan para hafiz Alquran ini bukan sekedar untuk mengejar perlombaan.

Bagi umat Islam, para hafiz sangat penting dalam menjaga kemurnian Alquran.

Meski industri percetakan dan pengembangan teknologi sangat pesat, peran para hafiz sulit untuk digantikan.

"Mereka ini (para hafiz) ibarat Alquran berjalan," kata H Amirin.

Bagaimana Hafiz Dididik?

Mendidik hafiz tidak segampang membalik telapak tangan.

Butuh proses panjang selama bertahun-tahun agar seorang hafiz menghafal Alquran yang terdiri dari 30 juz, 114 surat, dan 6.666 ayat.

Sehingga diperlukan kesabaran, ketekukan, keuletan bagi pendidi maupun calon hafiz.

Calon hafiz pun harus rela menghabiskan waktu untuk mengulang hafalan setiap hari. Risikonya mereka harus mengurangi waktu bermain atau jalan-jalan saat usia muda.

Banyak  hafiz mulai diajakan menghafal sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD). Sampai kelas 6 SD mereka ditargetkan bisa menghafal 6 juz Alquran.

Kemudian berlanjut sampai jenjang pendidikan SMP dan SMA.

Semakin bertambah usia, mereka terus meningkatkan jumlah hafalan dan mengulang yang sudah ada.

H Lalu Muhibban Al Hafizh, pengasuh Pondok Pesantren Baitul Qurro’ Wal Huffazh mengakui, dibutuhkan kesabaran untuk menjadi seorang hafiz.

"Intinya harus sabar dalam berproses," kata pendiri Yayasan Hafiz Darussomad ini.

Ia mencontohkan, dalam mendidik anaknya, Lalu Muhammad Kahirrozak Al Hafizi prosesnya panjang.

Salah satu hafiz terbaik di Indonesia ini sudah disiapkan menjadi hafiz sejak dalam kandungan.

Sang ibu yang sedang mengandung Al Hafizi terus membaca Alquran. Sehingga benih-benih bacaan Alquran sudah tertaman dalam diri sang anak.

Setelah lahir dan tumbuh menjadi anak-anak, dia kemudian mulai dilatih dan terus mendengar bacaan Alquran.

Sampai pada usia anak-anak dia mulai diajarkan menghafal.

Sehingga pada kelas 3 SD, Lalu Muhammad Kahirrozak Al Hafizi sudah menghafal 7 juz Alquran.

Dukungan keluarga dan lingkungan pergaulan sehari-hari juga sangat mempengaruhi hafalan seorang hafiz.

Murojaah atau pengulangan merupakan metode yang wajib dilakukan setiap hari agar tidak lupa.

"Jika tidak diulang, maka dia (Alquran) pamit pergi meninggalkan kita," ujarnya.

Di Pondok Pesantren Baitul Qurro’ Wal Huffazh, dia pun menerapkan metode yang sama.

Baca juga: Sosok Lalu Muhammad Khaururrazaq di Mata Orang Tua, Belajar Alquran Sejak dalam Kandungan

Setiap hari para santri mengulang hafalan masing-masing dan secara perlahan meningkatkan jumlah hafalan.

Sekitar 800 santri kini belajar menjadi hafiz di Ponpes Pesantren Baitul Qurro’ Wal Huffazh.

Mereka adalah para hafiz yang akan terus melestarikan dan menjadi penjaga wahyu dalam Alquran.

Baiq Suciawati (19),  seorang hafizah Ponpes Baitul Qurro’ Wal Huffazh mengaku memiliki motivasi tinggi sehingga kini bisa menghafal 30 juz Alquran.

"Motivasi terbesar saya menghafal Alquran itu adalah orang tua," katanya.

Di dalam Alquran sendiri sudah dijanjikan, bagi anak yang menghafal Alquran maka orang tuanya akan mendapat mahkota dari Allah SWT.

"Siapa yang tidak mau orang tuanya mendapatkan mahkota, cahayanya melebihi matahari," ujarnya.

Disamping itu, menghafal Alquran juga sudah menjadi jalan hidupnya.

Jika menghafal Alquran, dia yakin hidupnya tidak akan kesulitan. Apa pun akan didapatkan bila menjaga agama Allah dan berpegang pada ajaran Alquran.

"Alquran adalah kunci dunia, kalau ingin mendapatkan sesuatu pakai Alquran," ujarnya.

Mila maulida (21), hafizah lainnya mengaku, dia belajar menghafal Alquran sejak kelas dua SMP dan sekarang sudah masuk bangku perkuliahan.

Total dia sudah menghafal 15 juz Alquran.

Meski sudah kuliah, dia memilih tetap tinggal di ponpes untuk memperkuat hafalan.

Dia setiap hari berangkat kuliah dari ponpes sekaliugus mengabdi sebagai penguji bagi calon hafizah yang baru. (*)

Simak liputan khusus di sini

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved