Liputan Khusus
Para Penjaga Wahyu dari Pulau Seribu Masjid
Banyak hafiz mulai diajakan menghafal sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD). Sampai kelas 6 SD mereka ditargetkan bisa menghafal 6 juz Alquran.
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Dion DB Putra
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Sirtupillaili
TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Siang itu, sayup-sayup suara orang mengaji terdengar di Desa Kerongkong, Suralaga, Lombok Timur.
Riuh rendah bacaan ayat Alquran terdengar dari kejauhan.
Suara itu semakin jelas saat memasuki area Yayasan Tahfizh Darusshomad, Pondok Pesantren Baitul Qurro’ Wal Huffazh di desa tersebut.
Pusat suara berasal dari masjid di tengah pondok pesantren itu.
Baca juga: Hafiz Internasional Khairurrazaq Gagas Ramadhan Sang Pendidik di Ponpes Baitul Qurro Wal Huffazh
Baca juga: NW Gelar Khotmil Quran Bersama 100 Ribu Hafiz dan Hafizah NW di Seluruh Dunia
Di sana ratusan santri duduk bersila sembari memegang Alquran.
Santri laki-laki di lantai dasar masjid. Sedangkan santri perempuan duduk terpisah di lantai atas.

Mereka semua sedang melakukan murojaah atau mengulang hafalannya.
Tampak para santri berusaha keras mengingat hafalannya.
Ada yang sembari memejamkan mata dengan mulut komat kamit mengucap bacaan Alquran.
Beberapa orang di antaranya mengambil posisi sebagai penyimak hafalan.
Para santri ini adalah calon hafiz dan hafizah yang sedang belajar menghafal Alquran.
Dari zuhur hingga ashar, mereka duduk di masjid melakukan murojaah dan menyetor hafalan ke penguji.
Kegiatan ini dilakukan para santri setiap hari, sampai bisa menghafal 30 juz Alquran.
Calon-calon hafiz ini dilatih dengan disiplin tinggi.
Karena mereka akan menjadi penjaga wahyu Allah SWT yang menjaga kemurnian Alquran.
Lombok yang dikenal sebagai 'pulau seribu masjid' melahirkan ratusan hafiz dan hafizah setiap tahun.
Banyak di antara mereka mengukir prestasi di tingkat internasional.
Sehingga para hafiz Indonesia cukup diperhitungkan di dunia.
Baca juga: NW Gelar Khotmil Quran Bersama 100 Ribu Hafiz dan Hafizah NW di Seluruh Dunia
Bahkan banyak di antara mereka menjadi imam di luar negeri. Antara lain ke Qatar, Malaysia, Brunei Darussalam, bahkan Amerika Serikat.
Pondok Pesantren Baitul Qurro’ Wal Huffazh merupakan salah satu pusat pendidikan hafiz di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB).
Di ponpes ini lahir satu di antara hafiz terbaik Indonesia yakni Lalu Muhammad Khairurrazaq Al Hafizi.
Al Hafizi akan mewakili Indonesia di ajang Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ), di Washington DC, Amerika Serikat, Juni 2022 mendatang.
MTQ internasional ini sangat spesial karena digelar di negara non muslim.
Lalu Muhammad Khairurrazaq Al Hafizi merupakan generasi emas hafiz Indonesia asal NTB.
Di usia yang sangat muda dia telah menyabet segudang prestasi bidang hafiz Alquran baik di tingkat nasional maupun internasional.
Baca juga: Sosok Lalu Muhammad Khairurrazaq, Hafiz NTB yang Wakili Indonesia di MTQ Amerika Serikat
Lembaga Pengembangan Tilawatil Quran (LPTQ) Kementerian Agama RI pun tidak ragu-ragu menunjuk hafiz peringkat empat dunia ini mewakili Indonesia di Amerika Serikat tahun ini.
Bagi Al Hafizi, kompetisi internasional ini bukan yang pertama kali.
Sebelumnya, dia pernah menjadi juara 1 tingkat Asia Pasifik Kedubes Arab Saudi, cabang tahfizh 10 juz, di Jakarta, tahun 2016.
Kemudian peringkat 7 dunia dalam Musabaqah Hifzhil Quran (MHQ) Internasional cabang tahfizh 15 juz, di Arab Saudi, tahun 2017.
Pada tahun 2019, dia memperbaiki peringkatnya menjadi juara 4 MHQ Internasional cabang tahfizh 30 juz, di Iran, tahun 2019.
Kini sang hafiz akan kembali mewakili Indonesia di MTQ internasional di Amerika Serikat.
Kompetisi ini terasa spesial karena berlangsung di negara non muslim.
Lalu Muhammad Kahirrozak Al Hafizi mengaku sudah tidak sabar untuk berkunjung ke negeri Paman Sam tersebut.

"Konon ini (MTQ Amerika) yang pertama kali, saya belum pernah ke sana," kata Al Hafizi, pada TribunLombok.com.
Dia sangat penasaran bagaimana suasana penyelenggaraan event MTQ di negara non muslim seperti Amerika.
Kini dia tengah melakukan berbagai persiapan dan latihan untuk mengikuti kompetisi tersebut.
Al Hafizi mengaku sangat bersyukur mendapat kesempatan tersebut dan akan berusaha memberikan yang terbaik untuk Indonesia.
Kompetisi MTQ maupun MHQ internasional bukan kompetisi yang mudah.
Dia akan bertarung dengan para hafiz terbaik dari seluruh penjuru dunia.
Dengan segudang pengalaman internasionalnya, Al Hafizi mengaku sudah sangat siap untuk berkompetisi di ajang tersebut.
Baca juga: Pondok Pesantren Baitul Qurro Wal Huffazh, Tempat Belajar Qori Lalu Muhammad Khairurrazaq Al Hafizi
Generasi Emas Hafiz NTB
Lalu Muhammad Khairurrazaq Al Hafizi bukan hafiz pertama asal NTB yang go internasional.
Provinsi NTB memiliki banyak hafiz maupun qori' yang mengukir prestasi di tingkat internasional.
Syamsuri Firdaus salah satunya. Pemuda asal Bima ini menjadi juara 1 internasional cabang tilawah Alquran di Turki tahun 2019.
Syamsuri Firdaus kini menjadi imam pada salat Tarawih di Washington DC United States Of America (USA).
Disamping itu, banyak pula hafiz-hafiz dari Lombok yang diminta secara khusus menjadi imam di luar negeri.
Ketua LPTQ NTB H Amirin mengatakan, LPTQ banyak menerima permintaan untuk mengirim para hafiz ke luar negeri.
"Untuk mengisi imam masjid di Timur Tengah maupun di Malaysia, dan juga Brunei Darussalam," katanya.
Banyak hafiz asal Lombok yang telah memenuhi syarat kemudian dikirim ke negara-negara tersebut.
Sebut misalnya hafiz H Siswadi dari Kota Mataram sudah tiga tahun terakhir menjadi imam di Qatar.
"Tiga tahun di Qatar diperpanjang lagi, sampai sekarang ini masih jadi imam di Qatar," ujar Amirin.
Hafiz lainnya sama-sama memiliki nama H Siswadi asal Lombok Tengah. Dia saat ini menjadi imam di Masjid Kuala Lumpur, Malaysia.
Itu hanya sebagian hafiz dan qori' asal NTB yang mendunia.
H Amirin yakin masih banyak hafiz dan qori' asal NTB yang dijadikan imam masjid di luar negeri, termasuk ke negara-negara Arab.
Jumlah hafiz dan hafizah di Lombok bisa mencapai ratusan, bahkan ribuan setiap tahun.
Para penjaga wahyu Allah SWT ini dididik di pondok-pondok pesantren di Pulau Lombok.
Mereka disiapkan menjadi penghafal dan menyebarkan ajaran Alquran.
Satu pondok pesantren bisa mendidik ratusan hafiz dan hafizah.
Bahkan Ponpes Al Aziziyah di Kapek, Gunungsari, Lombok Barat memiliki 3.000 santri yang disiapkan menjadi hafiz.
Santrinya tidak hanya dari NTB, tapi juga dari luar negeri datang belajar ke Al-Aziziyah. Seperti Malaysia dan Brunei Darussalam.
"Ini belum termasuk ponpes-ponpes lain yang memiliki program hafiz Alquran," katanya.

Ponpes Al Aziziyah juga mengirim para hafiz sebagai imam tarawih ke Malaysia dan Brunei Darussalam.
Selama satu bulan penuh mereka menjadi imam di sana.
"Karena itu permintaan dari negara tetangga kita," katanya.
LPTQ NTB belum memiliki data pasti berapa jumlah ponpes yang mendidik hafiz. Namun trennya terus bertambah.
Kini semakin banyak ponpes punya kegiatan ekstra kulikuler hafiz Alquran.
Tidak heran, setiap tahun ponpes-ponpes di pulau seribu masjid melahirkan banyak penghafal Alquran.
Bukan hanya dari sisi jumlah, hafiz maupun qori' ini juga mampu berbicara di tingkat nasional dan internasional.
Meski demikian, keberadaan para hafiz Alquran ini bukan sekedar untuk mengejar perlombaan.
Bagi umat Islam, para hafiz sangat penting dalam menjaga kemurnian Alquran.
Meski industri percetakan dan pengembangan teknologi sangat pesat, peran para hafiz sulit untuk digantikan.
"Mereka ini (para hafiz) ibarat Alquran berjalan," kata H Amirin.
Bagaimana Hafiz Dididik?
Mendidik hafiz tidak segampang membalik telapak tangan.
Butuh proses panjang selama bertahun-tahun agar seorang hafiz menghafal Alquran yang terdiri dari 30 juz, 114 surat, dan 6.666 ayat.
Sehingga diperlukan kesabaran, ketekukan, keuletan bagi pendidi maupun calon hafiz.
Calon hafiz pun harus rela menghabiskan waktu untuk mengulang hafalan setiap hari. Risikonya mereka harus mengurangi waktu bermain atau jalan-jalan saat usia muda.
Banyak hafiz mulai diajakan menghafal sejak duduk di bangku sekolah dasar (SD). Sampai kelas 6 SD mereka ditargetkan bisa menghafal 6 juz Alquran.
Kemudian berlanjut sampai jenjang pendidikan SMP dan SMA.
Semakin bertambah usia, mereka terus meningkatkan jumlah hafalan dan mengulang yang sudah ada.
H Lalu Muhibban Al Hafizh, pengasuh Pondok Pesantren Baitul Qurro’ Wal Huffazh mengakui, dibutuhkan kesabaran untuk menjadi seorang hafiz.
"Intinya harus sabar dalam berproses," kata pendiri Yayasan Hafiz Darussomad ini.
Ia mencontohkan, dalam mendidik anaknya, Lalu Muhammad Kahirrozak Al Hafizi prosesnya panjang.
Salah satu hafiz terbaik di Indonesia ini sudah disiapkan menjadi hafiz sejak dalam kandungan.
Sang ibu yang sedang mengandung Al Hafizi terus membaca Alquran. Sehingga benih-benih bacaan Alquran sudah tertaman dalam diri sang anak.
Setelah lahir dan tumbuh menjadi anak-anak, dia kemudian mulai dilatih dan terus mendengar bacaan Alquran.
Sampai pada usia anak-anak dia mulai diajarkan menghafal.
Sehingga pada kelas 3 SD, Lalu Muhammad Kahirrozak Al Hafizi sudah menghafal 7 juz Alquran.
Dukungan keluarga dan lingkungan pergaulan sehari-hari juga sangat mempengaruhi hafalan seorang hafiz.
Murojaah atau pengulangan merupakan metode yang wajib dilakukan setiap hari agar tidak lupa.
"Jika tidak diulang, maka dia (Alquran) pamit pergi meninggalkan kita," ujarnya.
Di Pondok Pesantren Baitul Qurro’ Wal Huffazh, dia pun menerapkan metode yang sama.
Baca juga: Sosok Lalu Muhammad Khaururrazaq di Mata Orang Tua, Belajar Alquran Sejak dalam Kandungan
Setiap hari para santri mengulang hafalan masing-masing dan secara perlahan meningkatkan jumlah hafalan.
Sekitar 800 santri kini belajar menjadi hafiz di Ponpes Pesantren Baitul Qurro’ Wal Huffazh.
Mereka adalah para hafiz yang akan terus melestarikan dan menjadi penjaga wahyu dalam Alquran.
Baiq Suciawati (19), seorang hafizah Ponpes Baitul Qurro’ Wal Huffazh mengaku memiliki motivasi tinggi sehingga kini bisa menghafal 30 juz Alquran.
"Motivasi terbesar saya menghafal Alquran itu adalah orang tua," katanya.
Di dalam Alquran sendiri sudah dijanjikan, bagi anak yang menghafal Alquran maka orang tuanya akan mendapat mahkota dari Allah SWT.
"Siapa yang tidak mau orang tuanya mendapatkan mahkota, cahayanya melebihi matahari," ujarnya.
Disamping itu, menghafal Alquran juga sudah menjadi jalan hidupnya.
Jika menghafal Alquran, dia yakin hidupnya tidak akan kesulitan. Apa pun akan didapatkan bila menjaga agama Allah dan berpegang pada ajaran Alquran.
"Alquran adalah kunci dunia, kalau ingin mendapatkan sesuatu pakai Alquran," ujarnya.
Mila maulida (21), hafizah lainnya mengaku, dia belajar menghafal Alquran sejak kelas dua SMP dan sekarang sudah masuk bangku perkuliahan.
Total dia sudah menghafal 15 juz Alquran.
Meski sudah kuliah, dia memilih tetap tinggal di ponpes untuk memperkuat hafalan.
Dia setiap hari berangkat kuliah dari ponpes sekaliugus mengabdi sebagai penguji bagi calon hafizah yang baru. (*)
Simak liputan khusus di sini