Berita Lombok Timur

Sejarah Bale Mangrove di Lombok Timur, Dibangun Pakai Modal Rp100 Ribu sampai Berutang

Tempat wisata Bale Mangrove yang terletak di Dusun Poton Bako, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur ini menawarkan spot wisata dengan konsep kekinian

ISTIMEWA
Proses pembuatan tempat wisata Bale Mangrove di Lombok Timur. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM - Tempat wisata Bale Mangrove di Lombok Timur tidak hanya sebagai lokasi pelepas penat tetapi juga nyawa pelestarian lingkungan daerah pesisir pantai.

Tempat wisata Bale Mangrove yang terletak di Dusun Poton Bako, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur ini menawarkan spot wisata dengan konsep kekinian.

Panorama Hutan Mangrove menambah segar suasana berlibur di tempat wisata di Lombok Timur yang baru dibangun Oktober 2021 ini.

Bale Mangrove menawarkan keindahan alam Hutan Bakau dengan berbagai spot foto di dalamnya, seperti ayunan, bangku, dan rumah panggung.

Baca juga: Cara Lombok Timur Merawat Bakau, Bikin Festival Bale Mangrove, Aksi Tanam Pohon dan Bersih Pantai

Baca juga: Kisah Kebangkitan Usaha Kopi Sembalun: Gempa Bumi Menghancurkan, Kopi Sajang Menyatukan

Bale Mangrove dengan pasir putihnya ini melengkapi tempat wisata di Lombok dengan cerita inspiratif dalam proses pembangunannya.

Ketua Kelompok Sadar Wisata Bale Mangrove Lukman, Minggu (6/2/2022) menceritakan sejarah dibangunnya Bale Mangrove ini.

"Bale Mangrove ini dulu kita buat modal awalnya itu Rp100 ribu untku beli kayu yang bisa dibeli, ditambah dengan beberapa kayu bekas yang kita gunakan," ungkapnya kepada TribunLombok.com.

Dia bercerita tentang pondasi awal yang bisa dibangun dari Rp100 ribu.

Yang pertama adalah tiang jembatan yang dipakai sebagai akses jalan di dalam area Hutan Mangrove.

Kendala awal lainnya, adalah sampah yang menumpuk di sepanjang pantai pada saat proses pembangunan.

Lukman beserta para pemuda di Poton Bako bahu membahu membersihkan pantai.

"Pantainya dulu kotor, banyak sampah yang berserakan," ujarnya.

Tantangan besar didapatkannya lantas tidak membuat semangatnya surut.

"Banyak tantangan, tapi yang membuat ini semua berhasil sekarang adalah pandangan awal kita bukan lagi modal, tetapi berpikir bagaimana memulainya," tuturnya.

Pembangunan Bale Mangrove awalnya sempat membuat mereka berutang hingga Rp3,5 juta ke warga yang menjual papan kayu.

Kegiatan Festival Bale Mangrove di Poton Bako, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur.
Kegiatan Festival Bale Mangrove di Poton Bako, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur. (ISTIMEWA)

Papan kayu ini dipakai sebagai jembatan di antara belantara Hutan Mangrove.

Dengan hanya bermodalkan jembatan yang bisa dibangun maka dibukalah objek wisata Bale Mangrove.

Seiring waktu berjalan, banyak wisatawan yang berkunjung.

Dari sana lukman beserta para pemuda ingin menambah spot foto yang ada, seperti membangun ayunan, tempat duduk, sampai rumah panggung.

Dengan rencana seperti itu mereka nekat berutang lagi. Bahkan sampai Rp15 juta.

Tetapi dengan kerja keras, utang itu dilunasi tidak sampai 3 bulan.

Wisata Bale Mangrove bisa eksis dan menjadi alternatif tempat wisata baru di Lombok sampai sekarang.

Bale Mangrove yang sudah ada pendapatan yang diterima dari tiket masuk ini nantinya akan digunakan untuk menambah spot foto baru.

Dari pendapatan yang ada itu juga lukman beserta pihak pengelola akhirnya bisa membuat Festival Bale Mangrove.

Festival ini digelar 5-10 Februari 2022.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved