Pesan Damai Panglima Poso, Kiai Adnan: Cerita Pilu Itu Jangan Sampai Terulang
Konflik berdarah di Poso, Sulawesi Tengah menjadi catatan kelam Bangsa Indonesia.
Penulis: Sirtupillaili | Editor: Maria Sorenada Garudea Prabawati
Acara tersebut juga akan diisi Ketua MUI Bima Abdurrahim Haris.
Penulis buku Khoirul Anam, perwakilan dari MUI Pusat Najih Arromdhoni.
Baca juga: Warga Diguncang Gempa Magnitudo 3,8 di Lombok Utara
Serta Ustaz Bunyamin selaku tuan rumah, dan Kiai Adnan Arsal sebagai narasumber utama.
Haji Adnan secara khusus meminta bedah buku dilakukan di Bima.
Sebab warga Bima memiliki banyak jasa terhadap Poso.
"Dulu, saat saya nyatakan warga muslim di Poso dizalimi, banyak orang Bima yang datang dan membantu. Itu tak bisa saya lupakan seumur hidup," kata Haji Adnan, dalam jumpa pers di Hotel Marina, Bima, Nusa Tenggara Barat, Jumat (17/9/2021).
Sayangnya, beberapa dari mereka kini justru terlibat dalam gerakan ekstremisme.
Kiai Anan tegas menolak gerakan tersebut.
Ia bahkan menyebut orang-orang yang terlibat di dalamnya bukan lagi muridnya.
Hingga kini, tak kurang dari 25 warga Bima masih ada di Poso.
Sebagian dari mereka adalah santri-santri dari Ponpes Al Madinah.
Padahal tidak ada anjuran atau perintah untuk datang ke Poso dari ponpes.
"Kami tidak pernah meminta para santri untuk berangkat ke Poso, itu semua inisiatif mereka karena termakan hasutan pihak yang ingin Poso menjadi wilayah konflik berkepanjangan," ungkap Pengurus Ponpes Al Madinah Ustaz Bunyamin.
Lewat acara bedah buku tersebut, Haji Adnan ingin menegaskan bahwa konflik di Poso sudah selesai.
Karenanya tidak perlu diduplikasi di Bima, atau wilayah lain di Indonesia.
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/lombok/foto/bank/originals/pesan-damai-mantan-panglima-poso-kiai-adnan-arsal-kiri.jpg)