Opini

Sasak, Bangsa Tanpa Pemimpin Kultural

Sebelumnya saya ingin perjelas dulu apa yang dimaksudkan pemimpin kultural dalam konteks bangsa Sasak

Editor: Laelatunniam
Dok.Istimewa
OPINI - Salman Faris, Dosen Universiti Pendidikan Sultan Idris (UPSI) Malaysia dan Penulis Novel Guru Dane. (Dok.Istimewa) 

Selepas itu, muncul Tuan Guru sebagai figur yang sangat kuat. Pada mulanya, Tuan Guru mengambil peran penting dan strategis dalam usaha membebaskan orang Sasak berpandukan arus ideologi kesatuan Sasak.

Meskipun pada era awal ketuanguruan, konsep Sasak sebagai bangsa juga belum wujud secara kuat. Bahkan ketika perlawanan Sasak terhadap Karangasem Bali pun, hampir semuanya digerakkan oleh kelompok Tuan Guru tanpa bendera kesadaran bersama Sasak sebagai bangsa. 

Jejak panjang kontribusi Tuan Guru bagi pencerahan bangsa Sasak, sebenarnya dapat ditelusuri dan disambungkan sejak Selaprang Islam.

Karena itu, dalam jangka masa yang cukup panjang, Tuan Guru berhasil membangun kesadaran dan menempatkan diri sebagai pemimpin yang berterima secara luas. Tuan Guru menjadi simpul dan simbol dalam setiap perlawanan Sasak sampai di era kemerdekaan Indonesia. 

Namun suka tidak suka, dalam perkembangannya, akhirnya Tuan Guru pun terjebak ke dalam kelompok masing-masing. Tuan Guru yang sebelumnya mempunyai jangkauan pengaruh yang luas, lambat laun menyempit hanya terbatas di tengak kelompok mereka.

Bahkan, pada akhirnya tidak sedikit konflik internal orang Sasak diaktori oleh Tuan Guru, yang malahan mempunya dampak dendam permusuhkan internal yang lebih akut. 

Ruang kosong kepemimpinan orang Sasak yang berpengaruh luas ini cukup panjang, selepas Tuan Guru lebih banyak berpengaruh di kalangan terbatas kelompok mereka. Maka, sekitar tahun 1980an akhir,  benih-benih pemimpin kultural itu mulai wujud kembali.

Penanda utamanya adalah gerakan kebudayaan  melalui arus Dangdut Sasak yang dicetuskan oleh al-Mahsyar. Awalnya mulai Cilokaq, kemudian berkembang ke puncak menjadi Dangdut Sasak, al-Mahsyar dengan terang-benderang menggambarkan tentang realitas orang Sasak kelas bawah. Dari masalah ekonomi sampai perceraian. Dari soal kawin sampai duda-janda. Dari soal mentalitas sampai aqidah-akhlaq. 

Dengan lirik yang mendalam, kemudian al-Mahsyar menyampaikan nilai Sasak yang sebenarnya bersumber dari al-Quran. Tema sangat kontekstual dengan melodi yang sangat mewakili jiwa Sasak. Orkes Melayu Dangdut Sasak Pelita Harapan kemudian menjelma menjadi gerakan yang sangat besar, satu pencapaian paling tinggi dalam cataran sejarah membangunkan kesadaran kebangsaan Sasak. 

Kemudian dalam masa yang sama, Lalu Nasip AR muncul sebagai figur yang tidak terbendung. Meskipun Lalu Nasip secara kuat melahirkan Drama Penginang Robek dan Genre musik bernama Cibane, namun puncak kegemilangan Lalu Nasip ialah Wayang Sasak.

Melalui Wayang Sasak, Lalu Nasip menggambarkan secara lengkap dan detil realitas orag Sasak bawah, sambil mengkritik secara tajam perilaku elit Sasak yang banyak menyimpang dari nilai, norma, dan etika kesasakan. Tidak ketinggalan, kemudian memasukkan pesan moral, etika, dan nilai kesasakan yang berdampak secara mendalam di tengah orang Sasak. 

Kedua tokoh penting bangsa Sasak ini mempunyai persamaan. Pertama, memiliki pengaruh yang sangat luas, yakni diterima di semua kalangan dan kelompok masyarakat Sasak. Melalui kedua tokoh hebat ini, orang Sasak melepaskan dan menghancurkan dinding pemisah-pemecah belah yang kejam.

Pengikut mereka dari semua kelompok yang ada di tengah orang Sasak. Sasak baik Sasak buruk duduk sama rendah. Sasak kaya Sasak miskin minum sama duduk. Sasak elit Sasak rakyat bawah bersilang tangan. Satu gelombang kebudayaan yang tak pernah ada sebelumnya.

Kedua, sama-sama menyerap dan menginternalisasi ajaran Islam ke dalam karya besar mereka. Untuk itu, mereka dengan mudah diterima.

Bahkan dalam konteks metode dakwah, kedua tokoh luar biasa tersebut jauh lebih ke depan dibandingkan Tuan Guru. Ketiga, sama-sama menjadikan akar rumput sebagai istana dan sumber imajinasi. Keempat, sama-sama tidak mempunyai kepentingan politik kuasa. Kelima, sama-sama tidak kaya dari kontribusi besarnya terhadap peradaban Sasak.

Halaman
123
Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved