Opini

Teknologi AI, Pemilu, dan Paradoks Masa Depan Dunia

Teknologi informasi akan mengubah pola lama yang kaku menjadi fleksibel dan terbuka dalam sistem Pemilu

Dok. Amir Mahmud
TEKNOLOGI PEMILU - Peneliti pada Lembaga Lombok Research Center Amir Mahmud. Teknologi informasi akan mengubah pola lama yang kaku menjadi fleksibel dan terbuka dalam sistem Pemilu. 

Banyak hal yang berubah dan samakin efisien ketika teknologi informasi sudah sepenuhnya diterapkan dalam sebuah kebijakan. Teknis-teknis pemilu semakin sederhana. Informasi pemilu tidak lagi menempel di pohon-pohon kayu, sosialisasi pemilu beralih dari sepanduk, bilboard, baliho dan pamflet. Tiktok, AI, meta, instagram, dan platform sosial media lainnya akan menjadi sarana efektif dan efisien. Tokoh-tokoh sosial komunal akan bergeser ke pemilik akun sosial media dengan pengikut banyak.

Sosialisasi regulasi, tata tertib, dan aspek-aspek pemilu lainnya akan memanfaatkan akun sosial besar. Ruang-ruang sosialisasi akan semakin efisien. Biaya pemilu akan semakin rendah. Teknis penyelenggaraan pemilu akan berubah dari versi offline menjadi online. 

Rapat-rapat penyelenggaraan pemilu tidak lagi terbatas ruang dan waktu. Koordinasi, konsolidasi akan semakin cepat. Semua sengat efisien. 

Teknologi informasi akan mengubah pola lama yang kaku menjadi fleksibel dan terbuka. Praktik-praktik pemilu "kolot" akan ditinggalkan seiring perkembangan inovasi teknologi informasi AI. Dan saat itu sudah di depan mata dan hanya menunggu waktu. 

Aplikasi kecerdasan buatan pelan dan pasti akan menggusur sistem birokrasi konvensional. Sebab pengelolaan negara akan dipaksa oleh mekanisme politik dan industri global untuk menggantikan sistem birokrasi lama dengan kecerdasan buatan atas dasar argumentasi efisiensi anggaran.

Pemegang "saklar ekonomi" global akan memaksa para politisi pengambil kebijakan mengalihkan sistem politik dan budaya birokrasi ke arah sistem komputasi dan digitalisasi.

Ketika kebijakan itu sudah menjalar menjadi sistem birokrasi global maka ancaman terhadap kamandirian dan kemerdekaan suatu negara sudah tidak bisa lagi dipertahankan. Sistem informasi dunia berada dalam satu jaringan global yang terintegrasi satu dengan lainnya. Dan tata kelola dunia dikuasai siapapun pemegang pusat data global tersebut.

Maka demokrasi dan pemilu kita bukan milik kita lagi tapi menjadi milik satu individu, corporat, identitas, kelompok yang menguasai teknologi informasi. Pada akhirnya disini paradoks teknologi informasi bagi masa depan dunia yang sedang berlangsung.

 

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved