Opini

Cahaya Wukuf di Arafah, Alarm Spiritual bagi Kepemimpinan Modern

Wukuf di Arafah sebagai puncak ibadah haji bukan sekedar peristiwa spiritual yang penuh kesakralan

Dok.Istimewa
Dr H Ahsanul Khalik. Penulis saat ini menjabat sebagai Staf Ahli Gubernur Provinsi NTB Bidang Sosial. 

Dalam sejarah Islam, Nabi Muhammad SAW, meski seorang pemimpin agung, tak pernah absen dari istighfar. Beliau bersabda : "Demi Allah, aku benar-benar memohon ampun kepada Allah dan bertaubat kepada-Nya dalam sehari lebih dari tujuh puluh kali." (HR. Bukhari)

Ini menunjukkan bahwa spiritualitas adalah fondasi penting dalam kepemimpinan. Ketika seorang pemimpin dekat dengan Allah, maka ia akan takut untuk berbuat zalim, dan terdorong untuk berlaku adil.

Wukuf juga menjadi momentum untuk menata ulang arah hidup. Demikian pula, seorang pemimpin harus memiliki visi jangka panjang yang tidak hanya pragmatis tetapi juga transformatif. Kepemimpinan yang baik bukan hanya menyelesaikan masalah hari ini, tapi juga menyiapkan generasi esok.

Contoh baik bisa kita lihat dari pembangunan sarana prasarana pelayanana dasar seperti pendidikan, kesehatan, pekerjaan umum dan penataan ruang, perumahan rakyat dan kawasan permukiman, ketenteraman, ketertiban umum, dan perlindungan masyarakat, serta sosial. Ini adalah bentuk kepemimpinan visioner yang memahami bahwa investasi terbesar adalah bagaimana memastikan bahwa setiap masyarakat mendapatkan pelayanan dasar yang layak dan memenuhi standar tertentu.

Wukuf di Arafah adalah panggilan spiritual yang sangat dalam bagi seorang Muslim, terlebih bagi mereka yang memikul tanggung jawab kepemimpinan. Ia bukan hanya soal ritual ibadah, tetapi cermin yang memantulkan nilai-nilai luhur seperti keadilan, kesetaraan, tanggung jawab, dan kesadaran akan akhirat.

Di tengah krisis moral dan kepemimpinan yang sering kita temui hari ini, sudah saatnya para pemimpin belajar dari hakikat Wukuf di Arafah. Agar mereka tidak hanya menjadi penguasa, tetapi pelayan umat yang adil, rendah hati, dan bertanggung jawab di hadapan manusia dan Allah SWT.

"Para pemimpin, belajarlah dari hakikat wukuf di Arafah. Karena kekuasaan adalah ujian, dan pertanggung jawabannya amatlah berat."

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved