Opini
Madinah, Titik Awal Perjalanan Menuju Kesucian Jiwa
Madinah bukan sekadar nama kota. Ia adalah jejak sejarah agung, rumah hijrah Rasulullah SAW, dan pangkal peradaban Islam yang pertama.
Dari kota inilah Islam menunjukkan wajahnya yang penuh kasih sayang, inklusif terhadap umat lain, serta adil terhadap sesama.
Madinah hari ini mungkin telah berubah rupa: jalan-jalan membentang luas, gedung pencakar langit menjulang, dan teknologi menyatu dengan pelayanan jamaah.
Tapi ruh Madinah tetap sama. Ia tetap menjadi tempat kembalinya jiwa yang lelah, rumah singgah untuk ruh-ruh yang ingin kembali kepada fitrah.
Sebentar lagi, kami akan berangkat menuju Makkah. Ada haru yang tertinggal. Bukan karena Madinah menyulitkan perpisahan, tetapi karena ia telah menanamkan ketenangan dan ketulusan yang tak ternilai. Madinah telah menjadi cermin yang memantulkan wajah ruhani kami. Ia menjadi saksi bisu atas doa-doa yang lirih, tangis yang jatuh diam-diam, dan hati yang menghiba pengampunan.
Sesungguhnya, yang kami cari bukan hanya Tanah Suci, tetapi kesucian hati. Dan Madinah, dengan segala sunyi dan syahdunya, telah membuka jendela bagi kami untuk menengok ke dalam diri.
Maka kami pun melangkah ke Makkah dengan ruh yang telah disentuh oleh ketenangan Madinah, membawa bekal doa dan harapan yang terus kami panjatkan kepada langit.
Salam rindu dan syukur dari Kota Nabi, Madinah Al-Munawwarah.
Semoga setiap jiwa yang datang ke kota ini akan pulang dengan hati yang lebih bersih, lebih tenang, dan lebih dekat dengan Tuhannya.
Partai Politik dan Penonaktifan Anggota Dewan: Krisis Sistemik Demokrasi Indonesia |
![]() |
---|
Bayang-bayang "Failed State" - Barometer yang Memburuk dan Membaca Gravity of Blame |
![]() |
---|
In Memoriam H. Lalu Nasib AR: Orang Sasak Terbaik |
![]() |
---|
Desa Berdaya, Jalan Sunyi Penanggulangan Kemiskinan dari Akar |
![]() |
---|
Tarian NTB di Istana untuk NTB Makmur Mendunia |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.