Berita Kota Mataram
Simbol Toleransi, Miniatur Masjid Cheng Ho Hadir di Perayaan Lebaran Ketupat Kota Mataram
Miniatur masjid Cheng Ho dijadikan simbolis perayaan Lebaran ketupa tahun 2025 di Kota Mataram
Penulis: Ahmad Wawan Sugandika | Editor: Idham Khalid
Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika
TRIBUNLOMBOK.COM, KOTA MATARAM - Miniatur masjid cheng ho dengan gaya khas bangungn Tionghowa mewarnai perayaan Lebaran Topat di Makam Bintaro Ampenan, Senin (7/4/2025).
Miniatur masjid ini dijadikan simbolis perayaan Lebaran ketupa tahun 2025 ini dengan dipadukan hiasan ketupat khas Lebaran.
Pembuatan miniatur masjid cheng ho sebagai simbolis perayaan Lebaran ketupat di Makam Bintaro Ampenan bukan tanpa alasan, namun memiliki makna mendalam tentang toleransi antar umat beragama.
Camat Ampenan Muzakkir Walad mengatakan, dibuatkannya miniatur masjid ceng ho yang dipadukan dengan hiasan ketupat khas Lebaran merupakan hasil dari pemikiran bersama masyarakat yang ada di Ampenan.
“Miniatur ini menjadi bagian dari folosofi ‘satu sampan’, jargon kita untuk silaturrrahmi masyarakat Ampenan, karena Ampenan ini salah satu wilayah yang lengkap, berbagai etnis berkumpul di sini,” ucap Zakkir saat ditemui, Senin (7/4/2025).
Ditegaskannya, masarakat di Ampenan sendiri meyakini keberagaman adalah sebuah kekuatan, oleh karena itu, pada perayaan hari besar seperti Nyepi, Idul Fitri, hingga Lebaran Ketupat saat ini.
“Masyarakat ingin menunjukkan toleransi itu hadir melalui simbol-simbol yang tentunya tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat setempat,” katanya.
Selain itu lanjut dia, miniatur masjid cheng ho digunakan sebagai simbol perayaan Lebaran Ketupat tahun 2025 di Ampenan sebagai keterpaduan adat, budaya, etnis yang bersatu padu di Ampenan.
Cheng ho sendiri dijelaskannya merupakan salah satu tokoh muslim dari etnis tionghoa yang konsisten menyebarkan agama Islam, yang juga mendirikan masjid bernuansa khas Tionghoa.
Bentuk toleransi yang juga ditunjukkan pada perayaan Lebaran Ketupa di Makam Bintaro Ampenan tersaji dari tarian Barongsai yang menjadi penyambutan bagi para tamu dan peziarah yang datang ke makam.
Baca juga: Jasa Sewa Mobil Mainan di Pantai Loang Baloq Raup Untung Rp1 Juta Per Hari saat Libur Lebaran
Ketua DPRD Kota Mataram, Abdul Malik mengatakan, tarian barongsai yang dipertontonkan merupakan bentuk nyata dari toleransi yang ada di Kota Mataram khususnya di Kecamatan Ampenan.
“Artinya Barongsai ini menggambarkan keharmonisan antar masyarajat yang hidup berdampingan di Kota Mataram,” ucap Malik saat ditemui dilokasi acara.
Disebutkannya, perayaan lain juga Barongsai dan sejumlah tradisi lain sering dipertontonkan di setiap kegiatan keagamaan lain.
“Karena memang di Ampenan kan beragam etnis dan agama, jadi ini sudah sering sih (tarian barongsai di Lebaran Ketupat),” singkatnya.
Selain itu lanjut dia, perayaan Lebaran Ketupat di Kota Mataram juga menjadi momen silaturrahmi antara pemerintah dan masyarakat, baik itu bersama tokoh masyarakat pemuda dan lain sebagainya.
“Ini kegiatan tahunan yang memang sering diadakan selepas 7 hari perayaan Lebaran Idul Fitri,” pungkasnya.
(*)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.