Opini

Pentingnya Etika, Profesionalisme, dan Resolusi Konflik dalam Pendidikan Kedokteran

Pendidikan kedokteran merupakan perjalanan panjang yang dirancang tidak hanya untuk membangun kompetensi klinis, tetapi juga membentuk karakter

Editor: Laelatunniam
ISTIMEWA
Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, dr. H. Emirald Isfihan. 

Opini oleh dr. H. Emirald Isfihan, Ketua IDI Cabang Kota Mataram / Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Dengan rasa yang mendalam, saya menyampaikan keprihatinan sekaligus mengutuk keras terjadinya tindakan kekerasan terhadap seorang Co-Ass di Universitas Sriwijaya.

Insiden ini mencoreng nama baik pendidikan kedokteran dan melukai esensi luhur profesi dokter yang menjunjung tinggi etika, nilai kemanusiaan, dan penghormatan terhadap sejawat.

Tindakan kekerasan seperti ini tidak dapat dibenarkan dengan dalih apa pun, dan sangat bertentangan dengan prinsip profesionalisme dan moralitas yang menjadi pilar utama dalam profesi kedokteran.

Insiden semacam ini menunjukkan ketidaksiapan dalam menerima perbedaan pendapat, yang seharusnya dapat diselesaikan melalui komunikasi dan pengelolaan konflik yang baik.

Kekerasan, baik fisik maupun verbal, tidak memiliki tempat dalam dunia pendidikan, khususnya dalam kedokteran, di mana setiap mahasiswa diajarkan untuk memelihara martabat, menghormati sesama, dan mengutamakan nilai kemanusiaan.

Pendidikan kedokteran merupakan perjalanan panjang yang dirancang tidak hanya untuk membangun kompetensi klinis, tetapi juga membentuk karakter dan etika profesional seorang dokter.

Setiap langkah dalam proses ini bertujuan untuk mempersiapkan mahasiswa menjadi dokter yang tidak hanya kompeten secara teknis, tetapi juga memiliki integritas dan hubungan interpersonal yang baik. Insiden pemukulan ini menggambarkan adanya tantangan serius dalam internalisasi nilai-nilai tersebut.  

Sebagai individu yang bertanggung jawab atas pengelolaan jadwal, Ketua Co-Ass memiliki tugas penting dalam memastikan pembagian tanggung jawab klinis berlangsung adil dan efisien.

Sayangnya, ketidakpuasan ini tidak disampaikan melalui jalur komunikasi yang profesional, melainkan berujung pada kekerasan fisik, yang melibatkan pihak luar, yakni sopir pribadi mahasiswa tersebut.  

Mahasiswa coass berada pada fase kritis pembentukan profesionalisme. Beberapa poin penting untuk dipahami dalam konteks ini:  

1. Pendidikan Kedokteran sebagai Proses Holistik
   Pendidikan kedokteran tidak hanya berfokus pada penguasaan ilmu dan keterampilan klinis, tetapi juga membangun soft skills seperti empati, pengelolaan konflik, kerjasama tim, serta sikap profesional.

Penjadwalan piket dan pembagian tugas merupakan bagian dari latihan menghadapi tekanan dunia kerja dan tanggung jawab kolektif.

Setiap tahap pendidikan, termasuk penjadwalan piket dan tugas, merupakan bagian penting dari persiapan menghadapi kompleksitas dunia kerja kedokteran.

Ketidakpuasan atau perbedaan pandangan harus diungkapkan secara santun dan konstruktif, tanpa melibatkan pihak luar yang tidak berwenang.

Halaman
123
Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved