Berita Bima

Perkuat Solidaritas di Tengah Polarisasi Pilkada, IKRA Bima Adakan Event Kalondo Lopi

Ikatan Keluarga Wera Nusantara (Ikra) bersama dengan Forum Komunikasi Kasabua Ade (Fokka Indonesia) menggagas event Kalondo Lopi atau penurunan kapal

Penulis: Andi Hujaidin | Editor: Laelatunniam
ISTIMEWA
Suasana budaya kalondo lopi di Wera Kabupaten Bima. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Andi Hujaidin

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Ikatan Keluarga Wera Nusantara (Ikra) bersama dengan Forum Komunikasi Kasabua Ade (Fokka Indonesia) menggagas event Kalondo Lopi atau penurunan kapal.

Agenda itu digelar sebagai upaya untuk mencegah terjadinya perpecahan, di tengah hiruk pikuk gelaran Pilkada yang dapat mempolarisasi masyarakat khususnya di Kabupaten Bima Provinsi NTB.

Dalam memeprkokoh rasa persatuan dan kebangsaan, Ikra pun turut menggadeng Korem 162 Wira Bhakti.

Kegiatan yang dilakukan selama dua hari mulai tanggal 25-26 Oktober itu bertempat di Desa Sangiang, Kecamatan Wera, Kabupaten Bima.

Ketua Umum Ikatan Keluarga Wera Nusantara (IKRA) Prof. H. Muchtar menjelaskan, Kalondo Lopi juga bisa menjadi pintu masuk pengembangan berbagai potensi yang dimiliki Kecamatan Wera.

"Mulai potensi wisata alam, budaya, kuliner dan berbagai kearifan lokal lainnya memiliki nilai jual yang tinggi, sehingga akan memberikan dampak positif bagi perekonomian masyarakat Kecamatan Wera," kata Prof. Muchtar.

Ia menilai, Pulau Sangiang Api yang menjadi simbol kebangaan Kecamatan Wera memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisawatan, sehingga dapat mengundang wisatawan lokal maupun mancanegara untuk berkunjung ke lokasi tersebut.

"Ini adalah potensi yang harus ditangkap dan dijaga, serta dikembangkan, sehingga nanti secara makro akan berdampak bagi pengembangan daerah lain yang juga memiliki potensi bagus, seperti Pulau Ular, Karomo Wera, Taja Ngao, Oi ca'ba, Pantai Pasir Besi dan lainnya," terangnya.

Oleh karena itu, setelah momentum Kalondo Lopi ini, IKRA akan menginisiasi Desa Wisata dan Festival Sangiang Api yang berisikan lomba perahu layar tradisional, pacuan kuda  pesisir pantai, pekan seni dan budaya, serta bazar UMKM yang berskala nasional.

"Untuk masuk dalam kalender event nasional, InsyaAllah akan terus kami perjuangkan," sambungnya.  

Pada kesempatan sama, Ketua Panitia Kalondo Lopi, Saifullah Anwar menerangkan, kontestasi politik dalam Pilkada kerap membuat adanya polarisasi di masyarakat, bahkan antar warga bisa saling tak bertegur sapa hanya karena berbeda pilihan politik.

Melalui momentum Kalondo Lopi ini, katanya, semuanya dilebur dan bersatu kembali.

Kalondo Lopi menjadi gerak budaya untuk menyatukan semua  yang berserakan dimana-mana.

"Kalondo Lopi ini filosofinya adalah bagaimana sebuah kekuatan komunal itu show force di era kekinian. Ini fenomena sosial pesisir yang selalu mengedepankan nilai-nilai gotong royong, nilai-nilai kebersamaan, tanpa ada sekat pilihan politik.," katanya.

Halaman
12
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved