Pilkada 2024

Di Balik Unggulnya Elektabilitas Rohmi pada Pilgub NTB 2024: Sentimen Gender, Penguasaan Basis Suara

Rohmi-Firin wajib menjaga momentum elektabilitas dan mengonversinya menjadi keuntungan elektoral di TPS pada 27 November 2024

Istimewa
Calon gubernur NTB Sitti Rohmi Djalilah foto bersama pendukungnya, komunitas Jilbab Ijo di Lombok Barat. 

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Duet Sitti Rohmi Djalillah-Musyafirin di Pilgub NTB 2024 makin deras menyosialisasikan diri.

Direktur Mi6 Bambang Mei Finarwanto menilai hal itu patut terus dilakukan untuk menjaga momentum.

Sejumlah lembaga survei mengungkap elektabilitas Rohmi unggul dari kandidat lain, bahkan hingga 33 persen.

Dia menilai hal tidak terlepas dari sejumlah faktor.

Antara lain, Rohmi sebagai calon perempuan mewakili kelompok minoritas dan gender dengan jumlah pemilih besar.

Menurutnya stereotip gender dalam kepemimpinan tidak berlaku bagi Rohmi, yang juga Ketua PP Muslimat NWDI itu.

Baca juga: Elektabilitas Rohmi Tertinggi di Survei Poltracking, Ungguli Bang Zul dan Lalu Iqbal

"Pada saat yang sama, kandidat kepala daerah perempuan juga dihadapkan pada hambatan budaya. Hal ini mengingat, di beberapa daerah, norma budaya masih menjadi tantangan bagi perempuan untuk berpartisipasi aktif dalam politik," jelasnya.

Tapi yang terjadi, sambung Didu, yang justru sebaliknya.

Keinginan publik untuk melihat pemimpin perempuan di arena politik, termasuk di pemilihan kepala daerah, semakin menebal dan menguat.

Fenomena ini bahkan tidak hanya terjadi di NTB, namun juga terjadi di banyak daerah.

Dalam pandangannya, Rohmi-Firin ini bukan pasangan gambling. Tapi pasangan yang hadir mendobrak tradisi dan jawaban atas apa yang didambakan publik.

"Setiap calon kepala daerah perempuan memang selalu membawa harapan baru bagi masyarakat. Sebab, mereka adalah kandidat yang memperjuangkan inklusi, keberlanjutan, dan keadilan dalam setiap aspek,” ucap Didu.

Baca juga: Rohmi Djalilah Ungguli Zulkieflimansyah Pada Survei Kepuasan Publik Versi Poltracking

Dia mencontohkan hasil Pemilu 2024 untuk Dapil NTB I atau Pulau Sumbawa.

Kandidat perempuan, Mahdalena dari PKB sanggup meraup suara signifikan bahkan sebagai peraih terbanyak.

Demikian juga untuk Dapil NTB II, yakni Lale Syifaunnufus dari Gerindra.

Demikian juga dengan DPD RI Dapil NTB yang untuk periode lima tahun ke depan diwakili Evi Apita Maya dan Mirah Midadan Fahmid.

Fenomena, kata Didu, menggambarkan betapa kesadaran tentang pentingnya kesetaraan gender semakin meningkat di kalangan masyarakat Bumi Gora.

Akibatnya, muncul pula kini banyak kampanye dan gerakan yang mendorong partisipasi perempuan dalam politik.

Pada saat yang sama, terjadi pula perubahan nilai sosial.

Masyarakat NTB mulai mengadopsi nilai-nilai modern yang mengedepankan kesetaraan dan pemberdayaan perempuan.

Hal ini mendorong perubahan pandangan terhadap peran perempuan dalam kepemimpinan.

”Jangan lupa, jumlah pemilih perempuan juga lebih banyak daripada pemilih laki-laki. Selalu ada rasa solidaritas yang kuat di antara pemilih perempuan yang mendukung kandidat perempuan. Mereka melihat kemenangan kandidat perempuan sebagai kemenangan kolektif dalam upaya memperjuangkan kesetaraan gender,” kata Didu.

Menjaga Momentum

Didu mengatakan, keunggulan Rohmi-Firin ini hanya sementara jika tidak direspons dengan strategi yang tepat.

Pekerjaan rumah selanjutnya adalah soal Rohmi-Firin menjaga momentum dan mengonversinya menjadi keuntungan elektoral di TPS pada 27 November 2024.

Baca juga: Pasangan Rohmi - Firin Klaim Hasil Survei Tinggi, Meski Partai Koalisi Pilgub NTB Belum Final

Bakal Calon Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalillah menghadiri konsolidasi relawan Rohmi-Firin di Lombok Tengah, Kamis (29/5/2024).
Bakal Calon Gubernur NTB Sitti Rohmi Djalillah menghadiri konsolidasi relawan Rohmi-Firin di Lombok Tengah, Kamis (29/5/2024). (TRIBUNLOMBOK.COM/SINTO)

Didu menjelaskan, selalu ada volatilitas pemilih.

Dukungan masyarakat bisa sangat dinamis.

Pemilih yang sebelumnya mendukung kandidat tertentu, bisa mengubah pilihan mereka berdasarkan berbagai faktor.

Dia melihat strategi kampanye pesaing pun harus terus dipantau.

Sebab, kandidat lain dapat mengadopsi strategi kampanye yang lebih agresif atau inovatif, yang bisa menarik perhatian pemilih dan mengalihkan dukungan dari kandidat yang merasa aman.

Termasuk pula memperhitungkan kemungkinan munculnya aliansi dan koalisi baru yang bisa mengubah dinamika.

Didu mengingatkan, kerja-kerja tim pemenangan pasangan Rohmi-Firin masih jauh dari kata usai.

Pasangan yang mendapat dukungan dari Nadhaltul Wathan Diniyah Islamiyah (NWDI), organisasi massa Islam terbesar di NTB ini, harus terus dapat menjaga momentum hingga hari penentuan di mana publik Bumi Gora datang menyalurkan hak pilihnya ke bilik suara.

Upaya untuk terus menjaga momentum tetap terpelihara tersebut masih terbuka lebar bagi pasangan Rohmi-Firin.

Didu memberi contoh mengenai minimnya pengetahuan pemilih terhadap Firin.

Selama ini, publik hanya mengetahui Firin adalah birokrat yang lalu menjadi Bupati dua periode di Sumbawa Barat.

Padahal, Firin juga merupakan Ketua Bappilu DPD PDIP NTB serta Ketua PCNU Sumbawa Barat.

”Bagi kandidat kepala daerah, memiliki rekam jejak dalam perkhidmatan dan pengabdian kepada organisasi massa Islam, terbukti menjadi salah satu faktor kunci dalam membangun kepercayaan dan mendapatkan dukungan publik,” ucap Didu.

Rohmi-Firin, kata Didu, perlu memperluas kekuatan teritori basis suara.

Apalagi duet yang saat ini sudah didukungn Partai Perindo dan PDIP ini menyebut diri sebagai represantasi Lombok dan Sumbawa.

Rohmi perlu menggalang dukungan dari Pulau Sumbawa demikian juga Firin yang perlu lebih masif turun di Pulau Lombok.

Pasangan kepala daerah yang berasal dari dua wilayah berbeda sering kali menghadapi tantangan unik.

Di mana mereka harus mampu menggabungkan dan mengelola dukungan dari basis pendukung yang beragam secara geografis dan budaya.

Terkadang kata Didu, wilayah asal kandidat memiliki loyalitas yang kuat yang mungkin tidak serta merta diterima di wilayah lainnya.

Hal ini bisa menimbulkan kesenjangan dalam dukungan dan memerlukan pendekatan untuk menyatukan pemilih.

Karena itu kata dia, dalam hal ini, metode kampanye lintas wilayah atau cross campaign menjadi penting untuk memperluas basis dukungan dan memastikan keberhasilan kinerja tim pemenangan.

”Cross campaign itu bagian dari upaya menjaga momentum hingga akhir. Meraih kemenangan dalam Pilkada tidak cukup hanya dengan memulai dengan baik. Tapi butuh konsistensi dan fokus pada tujuan hingga akhir," tutup Didu.

Berdasarkan survei terbaru Poltracking Indonesia, elektabilitas Rohmi bangkan mengungguli Zulkieflimansyah dan Lalu Iqbal.

Dalam simulasi semi terbuka Sitti Rohmi Djalilah unggul dengan angka 23,8 persen. Angka ini menyalip elektoral Dr Zulkieflimansyah yang di angka 21.3 persen, diikuti Lalu Muhamad Iqbal 13,8 persen.

Rohmi tetap konsisten ketika dilakukan simulasi 4 nama, yakni Sitti Rohmi Djalillah elektabilitasnya 33 persen. Diikuti Zulkieflimansyah 29.5 persen, Lalu Muhamad Iqbal 17.0, dan Lalu Gita Ariadi 2.1 persen.

“Poltracking Indonesia menyelenggarakan survei provinsi NTB dengan pengambilan data lapangan dilakukan pada tanggal 31 Mei sampai 7 Juni 2024,” kata Direktur Riset Poltracking Indonesia, Arya Budi dalam rilis tertulis, Kamis (26/6/2024).

Survei dilakukan dengan tatap muka dengan metode Stratified multistage random sampling, melibatkan 800 responden dengan Margin of error sekitar 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.

Klaster survei menjangkau 10 Kabupaten/Kota seluruh Provinsi NTB secara proporsional berdasarkan data jumlah Daftar Pemilih Tetap (DPT) 2024, sedangkan stratifikasi survei ini adalah proporsi jenis kelamin pemilih.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved