Idul Adha

Mengenal Tradisi Roah di Desa Rembitan Lombok Tengah saat Lebaran Idul Adha

Roah bagi masyarakat Desa Rembitan sudah dilakukan secara turun-temurun dan memiliki makna yang dalam.

Penulis: Sinto | Editor: Wahyu Widiyantoro
TRIBUNLOMBOK.COM/SINTO
Hidangan tradisi roah di Desa Rembitan, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. 

Dalam begibung ini semua akan diperlakukan sama dan melebur menjadi satu dalam wadah makan yang bernama nare atau nampan yang ditutup dengan tembolak merah.

"Selain itu, kami juga ingin menumbuhkan solidaritas dan persaudaraan. Dengan kegiatan ini kami bermaksud mengajak semua pihak untuk bersama-sama membangun desa ini," katanya.

Dikatakannya, begibung juga memiliki makna penyambung dan perekat tali silaturrahmi.

Menurutnya, melalui tradisi ini orang-orang yang sudah lama tidak bertemu atau bertutur sapa dengan teman akan mudah dipertemukan.

"Makanya ini setiap tahun kita lakukan untuk tetap mempererat silaturahmi kita di kampung," tukasnya.

Ngawon

Step terakhir dari roah adalah pulang ke rumah masing-masing.

Namun tak jarang peserta roah ini akan pulang dengan menenteng sisa makanan atau minuman ke rumah mereka.

Hal itu disebut sebagai 'Ngawon'.

Ngawon biasanya dilakukan untuk menghormati pemilik acara agar semua hidangan yang disediakan habis untuk dimakan atau dibawa pulang dengan menggunakan plastik atau keresek.

"Karena niat sejak awal pemilik acara ini memang bersedekah. Jadi kalau dibiarkan di sana akan mubazir. Jadi pemilik acara menyediakan keresek untuk dibawa pulang," pungkasnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved