Berita Lombok Timur

Hultah Madrasah NBDI ke-81 di Anjani, Refleksi Pergerakan Perempuan Menjaga NKRI

Jemaah Nahdlatul Wathan (NW) memadati tablik akbar peringatan Hultah Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI)

ISTIMEWA
Jemaah Nahdlatul Wathan (NW) memadati tablik akbar peringatan Hultah Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiah (NBDI), bertempat di Pondok Pesantren Syaikh Zainuddin NW Anjani, Minggu (28/4/2024). 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Ahmad Wawan Sugandika

TRIBUNLOMBOK.COM, LOMBOK TIMUR - Ribuan Jemaah Nahdlatul Wathan (NW) memadati tablik akbar peringatan Hultah Madrasah Nahdlatul Banat Diniyah Islamiyah (NBDI), bertempat di Pondok Pesantren Syaikh Zainuddin NW Anjani, Lombok Timur, Minggu (28/4/2024).

Pada momen ini, Pengurus Besar (PB) NW, TGKH LG Muhammad Zainuddin Atsani mengatakan, momen Hultah Madrasah NBDI sebagai refleksi diri bahwa NW sangat menjunjung tinggi hak-hak perempuan di Indonesia.

"Perempuan kalau kita untuk kesetaraannya sangat kita junjung tinggi, karena zaman pendiri ninikda (TGKH Muhammad Zainuddin Abdul Majid) perempuan juga sangat diperhatikan," ucap Atsani.

Berdirinya Madrasah NBDI, lanjut dia, 81 tahun yang lalu juga merupakan bentuk dari kepedulian maulana syaikh.

Baca juga: IAIH NW Lombok Timur Resmi Buka Program Studi Ekonomi Syariah

Apalagi saat ini juga di Madrasah NW banyak pemimpin perempuan.

"Dari ninik saya, istrinya ninik maulana syaikh ia dulu di Mualimat di Pancor, dulu jadi kepsek madrasah, bibi saya juga jadi pimpinannya," katanya.

Pimpinan Pusat Muslimat NW Lale Syifaun Nufus mengatakan, kehadiran perempuan baik dalam bidang apapun tidak kalah pentingnya dengan laki-laki.

Tahun 2024 ini, ia juga menilai keterwakilan perempuan juga sudah maksimal.

Dikarenakan juga, perempuan banyak yang mewaki bidang bidangnya.

Dari sektor pendidikan perempuan juga tidak kalah pentingnya makannya ada istilah lerempuan adalah madrasah pertama.

Baca juga: IAIH NW Lombok Timur Jalin Kerja Sama dengan Universiti Sains Islam Malaysia

Ketua Umum Persatuan Guru NW Lale Yaqutunnafis memberi contoh Fatmawati yang menjahit bendera Merah Putiih sebagai andil dalam kemerdekaan.

"Dia menyebbutkan ia jadi kepala keluarga bisa menghidupi suami tapi disini kita pwrlu kebijakan pemerintah jangan mereka tidak diperhatikan sudah sarjana tapi banyak pengangguran.

"Tapi saya yakin dan percaya tentunya kita akan membela peran dan hak hak perempuan nantinya," demikian Lale Yaqut.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved