Pilpres 2024

Rocky Gerung Sebut Putusan MK Soal Usia Capres-Cawapres sebagai Perencanaan Kejahatan Demokrasi

Rocky Gerung mengkritik putusan Mahkamah Konstitusi soal batas usia minimal Capres-Cawapres yang menurutnya demi memuluskan langkah Gibran

Penulis: Robby Firmansyah | Editor: Wahyu Widiyantoro
TRIBUNLOMBOK.COM/ROBBY FIRMANSYAH
Rocky Gerung dalam Diskusi Publik 'Masa Depan Demokrasi' di Kota Mataram, Sabtu (21/10/2023). Rocky Gerung mengkritik putusan Mahkamah Konstitusi soal batas usia minimal Capres-Cawapres yang menurutnya demi memuluskan langkah Gibran. 

Laporan Wartawan TribunLombok.com, Robby Firmansyah

TRIBUNLOMBOK.COM, MATARAM - Rocky Gerung mengkritik putusan Mahkamah Konstitusi soal batas usia minimal calon presiden dan calon wakil presiden Indonesia.

Rocky menyinggung sistem demokrasi di Indonesia saat ini, hingga proses penentuan pasangan capres dan cawapres yang akan bertarung di 2024 nanti.

"Ini bukan kecelakaan demokrasi, tetapi perencanaan kejahatan di dalam sistem demokrasi," kata Rocky dalam Diskusi Publik 'Masa Depan Demokrasi' di Kota Mataram, Sabtu (21/10/2023)

Rocky sesekali melontarkan guyonan yang berisi kritikan kepada pemerintah.

Baca juga: Rocky Gerung Nilai Gibran Tak Cocok Dibandingkan dengan Sutan Sjahrir

Putusan MK yang mengamini batas minimal usia capres dan cawapres bisa dibawah 40 tahun itu, disebut sebagai kelicikan.

"Jangan ditanyakan sesuatu yang sudah jelas," kata Rocky sembari tersenyum.

Setelah gugatan usia Capres-Cawapres diputus MK, nama putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi) Gibran Rakabuming Raka lantas menguat menjadi pendamping Prabowo Subianto.

Terkini, Partai Golkar sudah mendeklarasikan Gibran sebagai cawapres Prabowo menyusul Partai Gelora yang sudah mengumumkan lebih dulu.

Baca juga: Gibran Rakabuming Raka Cium Tangan Para Tokoh Partai Golkar

Rocky menyinggung alasan Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartanto, memilih mendeklarasikan Gibran.

Menurut Rocky alasan membandingkan sosok Sutan Sjahrir dengan Gibran itu belum pantas.

pasalnya Sutan Syahrir saat ditunjuk sebagai Perdana Menteri kala itu sudah paham dengan kondisi bangsa ini.

"Founding father kita paham kalau bangsa ini tidak dipersatukan dengan pendidikan," pungkasnya.

(*)

Sumber: Tribun Lombok
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved