Opini

Robohnya Radio Kami dan Harapan untuk Dunia Kepenyiaran, Catatan KPID Award NTB 2023

Regulasi dan penetrasi media kepenyiaran harus menyasar generasi ini. Dan regulator pun perlu juga menyadari pentingnya pemahaman generasi saat ini.

Editor: Sirtupillaili
TribunLombok.com
Ilustrasi senjakala dunia penyiaran 

Mereka ini mestinya orang yang selama hidupnya merasakan atau mempelajari bagaimana hidup dan matinya lembaga kepenyiaran, baik secara eksistensi dan atau sebagai lembaga kepenyiaran secara bisnis.

Jangan sampai keterpilihan komisioner KPID lebih kental titip pesan politik-nya lebih mengemuka.

Eksistensi lembaga penyiaran yang dimaksud adalah lembaga yang terus eksis, dan secara komersil mendapatkan iklan serta bisa menghidupi awak medianya.

Kepenyiaran bukan sekadar “Hallo hai,” “Hai gaes,” “sahabat pendengar”, dan sapaan pembuka lainnya.

Tetapi Lembaga penyiaran juga harus diartikan sebagai sebuah “Station ID” lembaga komersial atau perusahaan pada umumnya.

Selain sisi manajemen redaksi, ia juga utuh sebagai sebuah “Company” yang berbasis perolehan keuntungan, menggaji karyawan, dan menghitung laba rugi.

Maka di sana ada struktur perusahaan, direktur, kepala siaran, departemen penjualan, departemen produksi dan kreatif, layanan Masyarakat, dan lain-lain.

Apa yang terjadi? Faktual-nya banyak insan kepenyiaran hanya di insert sekedarnya untuk menduduki posisi tertentu hanya karena punya jaringan kedekatan tanpa pengetahuan utuh tentang dunia Broadcasting itu terjadi bukan sekedar di lembaga regulator tetapi juga di lembaga penyiaran itu sendiri.

Pada sisi lain, masih ada di Lombok orang-orang dengan usia yang sudah sepuh teguh bergiat dalam dunia kepenyiaran.

Mereka masih bisa memegang microphone, bersiar di tengah gempuran media berjejaring nasional dan social media.

Salah satu legenda dalam dunia penyiaran adalah Dimas Valentino, berusia kurang lebih 60 tahun dan bercuap-cuap di radio sudah sejak tahun 1982. Ada juga Lalu Darwil yang sudah berusia di atas 50 tahun.

Mereka hidup dan berkontribusi di dunia kepenyiaran.
Tak hendak bernostalgia dengan masa kejayaan, mereka adalah museum hidup dan saksi dunia kepenyiaran dan masih eksis sampai sekarang.

Para penyaksi ini haruslah didudukkan pada tempat yang mulia. Secara seremonial mereka barangkali tidak akan mendapat tempat di era generasi Z dan platform digital ini.

Akan tetapi setidaknya penghormatan atas pengkhidmatan mereka pada dunia kepenyairan ada yang menghargai.

Pada kesempatan Anugrah Kepenyiaran yang dihadiri oleh Wagub Sitti Rohmi Djalilah—beliau juga membacakan beberapa nominasi dan memberikan penghargaan kepada beberapa lembaga kepenyiaran—semoga ada tempat khusus untuk para pendiri lembaga penyiaran yang pernah menghidupi banyak insan kepenyiaran.

Halaman
1234
Sumber: Tribun Lombok
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved