Berita NTB

Aqua Dwipayana: Mewujudkan SDM Berakhlak Mulia di Sekolah Harus Libatkan Semua Pemangku Kepentingan

Menurut Dr Aqua Dwipayana, guru dan staf sekolah harus menjadi teladan dalam berperilaku dan berakhlak mulia.

|
Editor: Dion DB Putra
DOK AQUA DWIPAYANA
Pakar Komunikasi dan Motivator Nasional Dr Aqua Dwipayana jadi narasumber dalam seminar nasional yang digelar Pengurus Wilayah Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (Pergunu) NTB di Praya, Rabu 6 September 2023. 

"Setiap memberikan Sharing Komunikasi dan Motivasi dengan para guru, saya sering mendapatkan hal baru yang menarik. Semuanya merupakan pelajaran dan pengalaman berharga," ujar pria yang pernah secara khusus mengundang salah seorang guru SMA bersama istrinya dari Pematang Siantar untuk jalan-jalan ke Jakarta dan Bogor sekitarnya.

Dr Aqua Dwipayana selalu menyemangati para guru untuk totalitas mencintai dan melaksanakan profesinya. Dengan meniatkan seluruh aktivitasnya sebagai ibadah.

Dewan Pakar Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) itu sangat yakin jika para guru melaksanakan semua sarannya tersebut maka seluruh anak didik bakal melaksanakannya. Hasilnya secara signifikan terlihat pada perilaku, tutur kata, dan kecerdasan siswa-siswanya.

"Salah satu kebahagiaan para guru adalah saat melihat para anak didiknya sukses. Ada rasa syukur yang mendalam menyaksikan hal itu. Jerih payahnya selama ini membuahkan hasil," pungkas Dr Aqua Dwipayana.

Sejarah Pergunu

Pergunu adalah badan otonom NU yang menghimpun dan menaungi para guru, dosen, don ustadz. Secara organisasi, Pergunu dibentuk dari hasil Konferensi Lembaga Pendidikan Ma’arif NU pada tahun 1952. 

Konferensi merekomendasikan untuk membentuk organisasi guru NU. Selanjutnya, Ma’arif NU Surabaya yang diberi mandat untuk membentuknya berhasil mendirikan PC Pergunu Surabaya pada 1 Mei 1958.

Setelah melalui proses yang cukup panjang, Pimpinan Pusat Persatuan Guru NU berhasil dibentuk pada 14 Februari 1959 dengan Ketua Umum Bashori Alwi.

Kongres pertamanya diadakan pada 17-20 Oktober 1959 yang diikuti 27 cabang dan Bashori Alwi kembali terpilih sebagai ketua umum.

Kongres kedua diselenggarakan pada 1966 dengan memilih Mardji’in Syam sebagai ketua umum, sekaligus terjadi perpindahan kantor pusat dari Surabaya ke Jakarta. 

Pada 1968, Pergunu di Jawa Timur berhasil memperjuangkan 20.000 anggotanya menjadi guru negeri di Departemen Agama. Namun, organisasi ini surut setelah Pemerintah Orde Baru menyatukan berbagai organisasi profesi guru menjadi Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI).

Pada era reformasi, Pergunu diaktifkan kembali. Sebuah diskusi kecil yang dimotori H. Abdul Latif Mansyur di Jombang menggagas ide tersebut.

Sambutan luas pun bergulir dan berproses sampai akhirnya pada 30-31 Maret 2002 terselenggara Musyawarah Guru Pergunu di Pesantren Amanatul Ummah, Surabaya.

Pertemuan ini menghasilkan kepengurusan Pergunu Wilayah Jawa Timur dan penetapan AD/ART, rekomendasi kepada PBNU, serta pembentukan tim formatur untuk membentuk Pengurus Pusat Pergunu. 

Setelah melakukan pembentukan cabang-cabang, terutama di Jawa Timur, pada 15 Juli 2003 diselenggarakan pertemuan pembentukan PP Pergunu yang menghasilkan tiga orang pengurus inti harian Pergunu Pusat, yaitu: Drs. K.H. Asep Saifuddin Chalim (Ketua Umum), H Kusnan A. (Sekretaris Jenderal), dan Drs. H. Choiruddin Ch. (Bendahara Umum). Mereka ditugasi menyempurnakan susunan PP Pergunu.

Halaman 3 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved